Peneliti Klaim Lebah Bisa Deteksi COVID-19 dengan Cepat
- Pixabay
VIVA – Baru-baru ini peneliti di Belanda melakukan inovasi baru dalam mendeteksi COVID-19. Para peneliti itu diketahui melatih lebah, yang memiliki indra penciuman yang luar biasa tajam, untuk mengidentifikasi sampel yang terinfeksi COVID-19.
Penemuan tersebut diketahui dapat mempersingkat waktu tunggu untuk hasil tes menjadi hanya beberapa detik.
Lantas, bagaimana caranya?
Dilansir dari laman Asia One, Jumat, 7 Mei 2021, untuk melatih lebah, para ilmuwan di laboratorium penelitian bio-veteriner di Universitas Wageningen memberi hewan itu air gula, sebagai hadiah setelah menunjukkan sampel yang terinfeksi COVID-19.
Lebah itu tidak akan mendapat hadiah setelah diperlihatkan sampel yang tidak terinfeksi.
Setelah terbiasa dengan sistem tersebut, lebah dapat secara spontan menjulurkan lidah mereka untuk menerima hadiah saat diberikan sampel yang terinfeksi, kata seorang profesor virologi yang mengambil bagian dalam proyek tersebut, Wim van der Poel.
“Kami mengumpulkan lebah madu normal dari peternak lebah dan kami menempatkan lebah di tali kekang. Setelah memberikan sampel positif, kami juga memberi mereka air gula. Dan apa yang lebah lakukan adalah mereka mengulurkan belalai mereka untuk mengambil air gula," kata dia.
Memanjangkan lidah seperti jerami untuk minum adalah konfirmasi dari hasil tes virus corona yang positif, menurut para peneliti.
Diperlukan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk mendapatkan hasil tes COVID-19, tetapi respons dari lebah bersifat langsung. Metodenya juga murah, berpotensi membuatnya berguna untuk negara-negara di mana tes langka, kata mereka.
Tetapi, seorang profesor yang mempelajari lebah, serangga dan imunologi hewan di Universitas Ghent di Belgia, Dirk de Graaf mengatakan dia tidak melihat teknik yang menggantikan bentuk pengujian COVID-19 yang lebih konvensional dalam waktu dekat.
“Itu ide yang bagus, tapi saya lebih suka melakukan tes menggunakan alat diagnostik klasik daripada menggunakan lebah madu untuk ini. Saya pecinta lebah, tapi saya akan menggunakan lebah untuk tujuan lain selain mendeteksi COVID-19, ”katanya.
Sebelumnya, teknik "serangga menggendus" secara efektif diuji oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk mendeteksi bahan peledak dan racun pada tahun 1990-an, kata De Graaf.
"Ngengat, lebah dan tawon digunakan untuk tujuan keamanan guna mendeteksi bahan peledak serta untuk diagnosis medis", katanya.
Tetapi, menurutnya, terlalu sedikit yang diketahui tentang pengujian Wageningen untuk menentukan keefektifan sebenarnya. Meski begitu, dia terbuka dengan gagasan pengujian lebah yang memberikan indikasi penyakit ketika tes PCR tidak tersedia.