Pria Botak Berisiko Lebih Tinggi Alami Kondisi Parah COVID-19
- Pixabay/ Pexels
VIVA – Sebuah penelitian baru memperingatkan bahwa pria botak dua kali berisiko mengalami COVID-19 yang parah. Penelitian itu menyimpulkan bahwa para pria botak menghabiskan waktu dua kali lebih lama di rumah sakit selama COVID-19, dibandingkan para pria yang berambut lebat.
Selain itu, para pria botak juga menjalani perawatan intensif dalam jumlah yang lebih tinggi.
Dilansir laman The Sun, para peneliti mengatakan, kerentanan pria terhadap COVID-19 sebagian besar dipengaruhi oleh hormon seks pria yang disebut dengan androgen. Pria yang lebih sensitif terhadap androgen lebih berisiko mengalami COVID-19 yang parah.
Mereka juga kemungkinan besar mengalami kerontokan rambut, yang disebut dengan androgenetic alopecia, yang mempengaruhi sekitar setengah pria di usia lebih dari 50 tahun.
Kondisi umum ini juga mempengaruhi wanita tapi dengan cara berbeda, yaitu menyebabkan penipisan di mahkota kepala di atas usia 65 tahun.
Androgenetic alopecia sebelumnya dikaitkan dengan beberapa kondisi meliputi penyakit jantung dan diabetes.
Sebuah tim dari para dokter Amerika Serikat mengukur sensitivitas pria terhadap androgen dengan menghitung zat kimia yang disebut dengan CAG. Kadar yang tinggi mengindikasikan bahwa pria lebih berisiko mengalami kerontokan rambut.
Dari 65 pria yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, mereka dengan kadar CAG tinggi mengalami akibat lebih buruk dari COVID-19 dalam 60 hari setelah masuk rumah sakit.
Mereka menghabiskan waktu 45 hari di rumah sakit, dan 70,6 persen masuk ICU. Sebagai perbandingan, pria dengan kadar CAG rendah menghabiskan rata-rata 25 hari di rumah sakit, dan 45,2 persen masuk ICU.
Peneliti utama Dr Andy Goren, kepala petugas medis di Applied Biology, Inc, California, mengatakan bahwa kadar CAG bisa digunakan untuk mengetahui pria yang berisiko masuk ICU.
Dia mengatakan, studi ini menambah bukti bahwa variasi pada gen AR dan kerentanan terhadap androgen pada tingkat tertentu mengimplikasikan keparahan pada infeksi COVID-19.
Androgen dipercaya bertindak sebagai gerbang untuk meningkatkan kemampuan virus menyerang sel. Ini juga bisa menjelaskan kenapa lebih banyak pria meninggal karena COVID-19 dibanding wanita.