Ngeri, Asap Kremasi Tutupi Langit India Imbas Tsunami Mutan COVID-19

Petugas melakukan kremasi jasad COVID-19 di India.
Sumber :
  • PTI/IndiaTimes

VIVA – India menghadapi 'tsunami' mutan COVID-19 yang disebut lebih dahsyat dari virus sebelumnya. Negara itu pun dihadapkan dengan krisis COVID-19 terburuk di dunia.

Kasus baru terus bermunculan, begitu juga dengan angka kematian yang mencapai ribuan dalam waktu bersamaan. Proses kremasi pun harus dilakukan selama 24 jam tiap hari tanpa henti.

Pada Jumat pekan lalu, India melaporkan lebih dari 332.730 kasus baru, angka paling tinggi yang tercatat dalam sehari dari pandemi di seluruh dunia.

Angka itu meningkatkan jumlah kasus total India hingga lebih dari 16 juta sejak pandemi dimulai, angka tertinggi kedua secara global setelah Amerika Serikat.

Dikutip dari laman The Sun, angka kematian India secara keseluruhan lebih dari 186 ribu menurut perhitungan Johns Hopkins University.

Jasad-jasad yang terus bertumbangan harus segera dikremasi sehingga petugas tanpa henti mengkremasi selama semalaman. Hal ini berseberangan dengan ajaran Hindu yang meminta jasad dibakar setelah matahari terbenam agar tidak terjadi penumpukan.

Jumlah antrian jenazah yang harus dikremasi pun sangat panjang sehingga keluarga harus rela menunggu berjam-jam di tengah suhu panas hingga 35 derajat celsius sebelum mereka bisa mengkremasi anggota keluarganya.

Asap dari kayu-kayu yang membakar jenazah pun terus membumbung ke angkasa di seluruh India tanpa henti.

"Aku pernah mengatakan di Februari kalau COVID-19 tidak pergi dan tsunami akan menghantam jika tindakan darurat tidak diambil," ujar petugas medis dari satuan tugas COVID-19 Kerala, Dr. A. Fathahudeen.

"Sayangnya, tsunami sudah benar-benar menghantam kita sekarang," lanjutnya.

Angka resmi menunjukkan bahwa satu dari tiga orang di ibu kota India, New Delhi positif COVID-19, tapi statistic yang sesungguhnya kemungkinan lebih besar.

India sedang menghapai hantaman rantai virus baru yang disebut dengan 'mutan ganda', artinya dua varian membentuk virus baru dari COVID-19. Kini, mereka menghadapi varian mutan tiga kali lipat.