Psikolog Ungkap Penyebab Depresi Ini Sering Tak Disadari
- Pixabay
VIVA – Mobilitas memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup seseorang. Hal ini lantaran, dengan mobilitas (pergerakan) seseorang bisa mendapatkan nilai-nilai hidup. Selain itu, dengan adanya mobilitas seseorang dapat merasakan kebahagiaan lantaran berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya.
"Mobilitas daily aktivitas butuh mobilitas dari satu titik ke titik lain akan memberikan banyak makna. Bayangkan kalau tidak bisa bangun cuman ada di tempat tidur apa yang akan terjadi pasti ga nyaman, emosi jadi terganggu," kata Psikolog Klinis sekaligus Wakil Ketua I IPK Indonesia, Dra. Astrid Wiratna, dalam virtual conference penyediaan Home Lift, Rabu 17 Maret 2021.
Namun sayangnya, kesehatan fisik yang berkurang terutama pada orang lanjut usia atau penyandang disabilitas dapat berpengaruh pada tingkat kemampuan mobilitas dalam pemenuhan kebutuhannya sehingga kualitas hidup tidak dapat tercapai dengan baik. Maka, dalam hal ini, dukungan dan kepedulian keluarga juga berpengaruh untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Dijelaskan Astrid, penting bagi setiap orang untuk tetap memiliki mobilitas yang optimal dan leluasa melakukan aktivitas yang tetap bisa dilakukan di area lingkungan rumah, demi kesehatan psikologis, kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik.
“Kalau dia tidak bisa melakukan mobilitas dan tetap tidur di tempat tidur bukan hanya mental saja fisiknya juga. Kalau punggung terus menerus pada posisi tidur luka juga punggungnya,” ujar dia.
Lebih lanjut dijelaskan Astrid jika seorang yang tidak bisa bermobilisasi dan dibiarkan terbaring di kasur juga dapat membuat mereka menjadi depresi.
“Kalau dibiarkan sendiri fisik bisa sakit dan orang sendiri akan berfikir. Kalau orang berfikir yang ada di pikirannya memorinya sejarah kenangan masa lalu. Kalau orang terlalu banyak berpikir tentang masa lalu maka mungkin ada rasa penyesalan, kecewa, nah kalau ini terus menerus bisa terjadi depresi,” jelas dia.
Selain itu juga ketika mereka dibiarkan sendiri, juga dapat mempengaruhi kecerdasan intelektualnya. Lantaran mereka tidak distimulasi untuk berbicara dengan orang lain.
“Bukannya menurunkan kecerdasan tapi karena kecerdasannya tidak dipakai pikirannya tumpul dan dipengaruhi oleh depresi. Otomatis respon terhadap lingkungan menjadi lemah karena dia dikuasai rasa kurang nyaman apakah sedih menyesali maka dia akan kurang bisa diajak berpikir jadi dia kemudian diajak ngomong seperti gak nyambung,” kata dia.