Urine Berdarah hingga Disfungsi Ereksi, Waspada Kanker Prostat
- Pixabay/pexels
VIVA – Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diperkirakan mencapai 25.012 orang. Sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut karena deteksi dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.
Pada kanker prostat stadium awal, seringkali ditemukan pasien tidak menyadari adanya gejala. Gejala terkadang baru dirasakan pasien saat kanker sudah menyebar ke organ lainnya.
"Padahal, pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun dan mencapai di atas 90 persen. Angka ini dapat turun hingga 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut. Oleh karena itu, program deteksi dini yang lebih baik dan efisien perlu ditingkatkan,” jelas dokter spesialis konsultan uro-onkologi Siloam Hospitals ASRI dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD, dalam acara diskusi virtual, Rabu 17 Februari 2021.
Beberapa gejala yang sering dikeluhkan meliputi gangguan berkemih, terdapat darah pada urine, pembesaran kelenjar getah bening sekitar prostat, hingga penurunan berat badan. Tak sedikit pula, pasien yang mengeluhkan disfungsi ereksi dan baru terdiagnosa mengidap kanker prostat.
"Tanda kanker prostat berkaitan dengan disfungsi ereksi karena memang saraf di prostat berkaitan dengan ereksi. Tap biasanya, kalau disfungsi ereksi, sudah stadium akhir, apalagi pada pasien usia 50 tahun," ujar dokter spesialis uro-onkologi Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U (K), PhD., dalam kesempatan yang sama.
Jika kanker sudah menyebar ke tulang dapat menyebabkan nyeri tulang. Hal ini membuat pasien harus berhati-hati saat beraktivitas, lantaran gerakan melompat dan olahraga berat dapat memicu tulang patah.
"Prinsipnya lihat kondisi pasien kalau stadium dini, gaya hidup sehat dan olahraga biasa cukup. Yang bahaya kalau sudah ke stadium akhir. Hati-hati olahraga yang berat karena bisa sebabkan patah tulang. Sepeda boleh, berenang. Tapi, loncat-loncat jangan," jelas Prof Chaidir.
Di masa pandemi COVID-19, banyak pasien menunda pemeriksaan karena alasan takut. Padahal, penundaan pada pasien kanker prostat dapat mengakibatkan risiko menjadi lebih berat hingga peningkatan stadium. Deteksi dini yang dianjurkan yakni biopsi prostat dengan teknologi robotik.
"Deteksi dini bertujuan agar dapat dilakukan intervensi secepatnya dan mencegah prognosis yang lebih buruk. Biopsi prostat dengan teknologi robotik digunakan untuk meningkatkan ketepatan pengambilan sampel jaringan di lokasi sel kanker prostat. Dengan adanya teknologi ini, diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat, waktu biopsi lebih singkat, serta menghindari dilakukannya biopsi ulang,” ujar dokter spesialis urologi dan Ketua Asri Urology Center (AUC) Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U (K).