Resmi Digunakan, Ini Kekurangan dan Kelebihan Vaksin Sinovac Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) disuntik vaksin COVID-19 Sinovac
Sumber :
  • Repro Youtube Sekretariat Presiden

VIVA – Penyuntikan vaksin COVID-19 atau vaksinasi tahap pertama dimulai hari ini, Rabu 12 Januari 2021. Presiden Joko Widodo akan menerima vaksin pertama di Indonesia setelah vaksin itu dinyatakan halal dan bisa digunakan.

Sekitar pukul 09.40 WIB, Jokowi pun disuntikkan vaksin tersebut oleh tim kesehatan di pelataran Istana Merdeka. Penyuntikan itu bisa disaksikan secara langsung oleh seluruh masyarakat karena disiarkan secara langsung secara virtual.

"Enggak terasa sama sekali," ujar Jokowi usai disuntik vaksin COVID-19.

Setelah disuntik vaksin, Jokowi pun harus menunggu selama 30 menit sebelum keluar dari area vaksinasi. Hal itu untuk memastikan tidak ada efek samping secara langsung usai divaksin.

Status vaksin Sinovac juga dinyatakan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang telah mengeluarkan sertifikasi Emergency Use of Authorization (EUA). Selain itu, sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah keluar dengan merujuk fatwa Nomor 2 Tahun 2021.

Vaksin Sinovac sebelumnya telah melakukan uji coba fase III di Brasil, Indonesia serta Turki dan diawasi dengan ketat untuk selalu mengikuti protokol ilmiah.

Ada pun kekurangan dari Sinovac ini adalah vaksin tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali. Dimana pada uji klinis vaksin tahap tiga, setiap relawan mendapat dua kali suntikan seperti yang diungkap peneliti Fakusltas Kedokteran Universitas Padjajaran, Prof Kusnandi Rusmil.

Sedangkan kelebihan dari vaksin Sinovac adalah pada bentuknya yang merupakan virus yang tidak aktif. Vaksin dapat disimpan kira-kira pada suhu lemari es rumah (2 hingga 8 derajat Celcius) dan lebih mudah diakses oleh negara-negara berpenghasilan rendah.

Sementara itu, vaksin Sinovac sama seperti vaksin dari raksasa farmasi Inggris, AstraZeneca, juga tidak memerlukan jaringan rantai dingin untuk distribusi. Bedanya, AstraZeneca sudah menerbitkan data sementara fase III dalam jurnal medis yang ditinjau oleh sejawat minggu ini.