Katarak Masih Jadi Ancaman di Indonesia
- Pixabay/karosieben
VIVA – Katarak menjadi salah satu penyebab terbanyak kebutaan di Indonesia, yaitu sekitar 81,2 persen. Hal ini berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Balitbangkes di 15 provinsi.
Menurut Perdami, seperti dikutip dari situs Kemenkes, terdapat 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, 6,4 juta menderita gangguan penglihatan sedang dan berat di Indonesia.
Mengutip situs everydayhealth, katarak adalah penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya, katarak berkembang secara perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu.
Tapi, lama-kelamaan, katarak bisa mengganggu penglihatan dan membuat penderitanya merasa seperti melihat jendela berkabut, sulit menyetir, lebih sulit membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala katarak yang layak diwaspadai, antara lain penglihatan kabur seperti berkabut atau redup, meningkatnya kesulitan dengan penglihatan di malam hari, sensitivitas terhadap cahaya dan silau, melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu, serta sering mengganti ukuran kacamata atau lensa kontak.
Sejalan dengan kualitas kesehatan masyarakat, maka diadakan program Operasi Katarak yang dilaksanakan di wilayah Jabodetabek. Menurut Sekretaris Perusahaan Asuransi BRI Life, Hardy Nurhadi, program ini diperuntukkan bagi pasien yang sebelumnya telah melalui proses seleksi.
Ia mengatakan kegiatan ini sebagai bagian dari program pemerintah dalam mengentaskan masalah kebutaan yang diakibatkan oleh penyakit katarak, khususnya masyarakat Jabodetabek yang kurang beruntung.
“Kami ingin berkontribusi dan membantu dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat," kata dia, Kamis, 3 Desember 2020.
Tidak hanya operasi katarak, kegiatan yang bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini juga menggelar program Wastafel Sehat untuk SD sampai SMA di Jabodetabek, hingga penampungan dan bantuan air bersih di Desa Patuk, Ngawen dan Tanjung di Gunung Kidul Yogyakarta. "Bantuan ini diharapkan bisa memutus mata rantai pandemi COVID-19 yang masih ada di sekitar kehidupan kita," jelas Hardy.