Imbas Pandemi, ODHA Kesulitan Akses Obat Terapi

Ilustrasi HIV/AIDS
Sumber :
  • Pixabay/Darwin Laganzon

VIVA – Pandemi COVID-19 telah berimbas pada banyak hal dan berbagai setor, termasuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Menurut data perkembangannya di 2020, ODHA kerap kesulitan mengakses obat antiretroviral (ARV).

Data perkembangan HIV/AIDS di Indonesia 2020 menyebutkan bahwa terdapat penemuan kasus HIV baru sebanyak 21.220 orang di Indonesia dan 70 persen dari kasus HIV baru tersebut menginfeksi masyarakat usia subur berumur 25-49 tahun. Dari data yang sama, keluhan ODHA akan akses untuk pengobatannya terasa sangat sulit di tengah penyebaran virus corona ini. Berbagai faktor bisa menjadi penyebab keuslitan dalam mengakses ARV.

Menurut artikel ilmiah yang dirilis dalam Asia Pacific Journal of Public Health, sebelum pembatasan aturan perjalanan dalam negeri diberlakukan oleh pemerintah Indonesia, banyak ODHA yang kehilangan pekerjaan, terpaksa kembali ke daerah asal tempat tinggal masing-masing, dan terhenti terapi ARV. Selain itu, lockdown yang diberlakukan di beberapa negara, seperti India, telah menghentikan suplai ARV yang masuk ke Indonesia.

Ini sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, sebab Kementrian Kesehatan Indonesia mendapatkan sebagian besar stok ARV yang dibutuhkan penduduk Indonesia dari India. Bila kelangkaan ARV tidak segera ditangani, sekitar 10.000 ODHA terancam harus menghentikan terapi ARV mereka. Tanpa ARV, ODHA pun menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan gangguan penyakit, termasuk COVID-19.

Selain itu, ibu yang juga berstatus ODHA, perlu memeriksakan status pengobatan ARV-nya apabila hendak merencanakan kehamilan dan atau mencegah kehamilan. Sebab, penggunaan IUD non-hormonal dapat digunakan apabila tidak sedang dalam terapi ARV 3 pada saat pemasangannya. 

Sementara, penggunaan KB hormonal seperti Pil KB, KB Suntik, dan Implan bisa digunakan apabila Ibu dengan HIV masih dalam terapi ARV. Dan kondom wajib digunakan pada setiap kali berhubungan seksual.

"Cara yang dapat diterapkan untuk mencegah penularan HIV adalah dengan abstinence (tidak berhubungan intim sama sekali), bersikap setia dengan satu pasangan, dan selalu menggunakan kondom bagi pasangan yang aktif secara seksual," ujar spesialis kandungan, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, dikutip dari keterangan pers DKT Indonesia.

Untuk mencegah penyebaran HIV di Indonesia, juga dibutuhkan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat demi mengakhiri epidemi ini pada tahun 2030 serta terwujudnya “Three Zeroes”. Menyambut Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 01 Desember 2020, DKT Indonesia mempersembahkan berbagai macam rangkaian aktivitas untuk mengedukasi masyarakat dengan mengusung tema utama #SayaBeraniMencegah.  

"Mengingat realitanya, bertahan dengan HIV di masa pandemi virus corona sama sekali tidak mudah. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan harus tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan kita harus senantiasa memberi semangat dan dukungan bagi mereka yang hidup dengan HIV-AIDS. Tahun ini, kami berfokus kepada dua hal yaitu edukasi secara digital melalui serangkaian webinar untuk menjangkau populasi kunci dan juga peningkatan kesadaran via aktivitas di social media," ujar President Director DKT Indonesia, Juan Enrique Garcia, di kesempatan yang sama.