Peneliti Temukan 4.000 Jenis Mutasi COVID-19
- dw
VIVA – Para ilmuwan tengah bersiap untuk hadapi ledakan mutasi baru COVID-19. Hal itu diklaim lantaran vaksinasi dianggap dapat memicu virus corona jenis baru itu bermutasi menjadi jenis yang bahkan lebih mematikan.
Berdasarkan laporan The Sun, Ilmuwan Inggris telah mendapat suntikan dana senilai jutaan pound untuk memulai penelitian strain baru dari virus SARS-CoV-2 yang dianggap kebal terhadap vaksin dan perawatan yang saat ini sedang diproduksi.
Peneliti meyakini saat ini ada 4.000 mutasi baru yang secara langsung dapat memengaruhi manusia. Rupanya, virus yang kerap bermutasi setelah vaksin disuntikan dapat berpotensi mematikan dan membuat para peneliti khawatir.
"Begitu kita mulai menggunakan vaksin pada populasi manusia, itu akan memberi penggerak evolusi, tekanan seleksi, pada virus. Virus ingin melarikan diri dari pengaruh vaksin karena itulah evolusi (mutasi) dilakukan," kata direktur COVID-19 Genomics UK, Profesor Sharon Peacock.
Dia menjelaskan bahwa pemantauan mutasi baru ini penting karena banyak vaksin menargetkan spike protein yang sama di permukaan virus. Padahal, diperkirakan kini ada puluhan ribu mutasi yang beredar secara global sejak virus pertama kali menyerang tahun lalu
Meskipun tidak semua mutasi berkembang, Prof Peacock mengatakan bahwa mutasi yang melibatkan spike protein dalam formula genetik virus corona adalah yang paling mengkhawatirkan. Bagian virus yang seperti jarum ini memungkinkannya menyerang tubuh manusia, dan bagian inilah yang digunakan Pfizer dan Moderna untuk membuat vaksin yang terbukti efektif dan aman.
Perubahan spike protein pada mutasi virus dapat membuat vaksin menjadi kurang efektif, atau bahkan sama sekali tidak berguna. Untuk itu, masyarakat tetap harus menjalankan protokol kesehatan 3M meski nanti vaksin telah diluncurkan.