3 Lokasi Jadi Tempat Penularan COVID-19 Paling Banyak
- Freepik/Harryarts
VIVA – Sebuah studi besar yang melibatkan 98 juta data foto ponsel orang mengungkap bahwa 80 persen semua infeksi virus corona di Amerika Serikat terjadi hanya di sedikit lokasi saja.
Restoran, gyms, hotel, dan tempat ibadah bertanggung jawab atas 80 persen infeksi tersebut, demikian menurut riset yang dipublikasikan di jurnal Nature.
"Inilah tempat-tempat yang lebih kecil, lebih padat, dan orang-orang berada di dalamnya lebih lama," ujar rekan penulis penelitian dan Profesor di Stanford University, Jure Leskovec saat memaparkan hasil riset kepada media, dilaporkan oleh CNN.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Pfizer Diklaim Efektif 90 Persen Tapi Belum Final
Menurunkan kapasitas fasilitas tersebut hingga 20 persen, dibanding menutupnya sama sekali, bisa menghalau transmisi hingga 80 persen.
"Penelitian kami menggarisbawahi bahwa tidak perlu melakukan sepenuhnya atau tidak sama sekali," kata Leskovec seperti dikutip laman Mirror.
Studi, yang melibatkan para peneliti dari Northwestern Unversity dan Stanford, menganalisis data telepon dari 98 orang Amerika di 10 kota besar, meliputi New York, Philadelphia, Washington, DC, Los Angeles, Chicago, dan Houston.
Para peneliti itu melacak pergerakan ke tempat-tempat seperti restoran, kafe, supermarket, gyms dan hotel, begitu juga ke dokter dan tempat ibadah, sambil menghitung jumlah infeksi virus corona di wilayah mereka.
"Secara rata-rata di seluruh area kota besar, restoran layanan penuh, gyms, hotel, kafe, organisasi religi, dan restoran layanan terbatas menciptakan peningkatan prediksi terbesar dalam infeksi ketika dibuka kembali," kata penelitian itu.
Profesor Leskovec menambahkan, berdasarkan model riset, infeksi terjadi sangat tidak merata.
"Terdapat sekitar 10 persen titik minat yang menyumbang 80 persen dari semua infeksi," katanya, menurut laporan CNN.
Warga dari wilayah berpendapatan rendah menderita yang paling parah. Itu sebagian karena para warga memiliki sediki dari tempat ini yang tersedia. Sehingga lokasi tersebut menjadi lebih ramai.
Leskovec mencontohkan, model riset mereka memprediksi bahwa seseorang yang mengunjungi toko kelontong dua kali lebih berbahaya pada mereka yang berpendapatan rendah dibanding mereka yang pendapatannya lebih tinggi.
Baca juga: Diklaim Efektif, Vaksin COVID-19 Pfizer Timbulkan Efek Samping
"Ini karena toko kelontong yang dikunjungi orang dengan pendapatan rendah memiliki rata-rata 60 persen orang lebih banyak per meter perseginya, dan pengunjung tinggal di sana 17 persen lebih lama," ujarnya.
Studi ini tidak melacak lokasi orang dengan potensi populasi besar seperti sekolah, penjara, dan panti.
Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun,
#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu