Pakar Sebut Pasien Sembuh COVID-19 Tak Selalu Paru-paru Rusak
- satgas covid-19
VIVA – COVID-19 merupakan penyakit yang memicu gangguan pada fungsi sistem pernafasan di tubuh khususnya paru-paru. Tak sedikit pasien yang sembuh mengaku mengalami kerusakan organ tersebut dan dirasakan dalam jangka lama. Benarkah demikian?
Guru Besar Penyakit Paru FKUI Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa pada umumnya 80 persen pasien COVID-19 mengalami gejala ringan dan 20 persennya gejala berat. Pada yang mengalami gejala berat, biasanya sembuh sendiri dengan dua kemungkinan.
"Pertama, Long COVID-19 yaitu walau sembuh masih ada keluhan. Ini bukan hal baru, kalau ditelusuri pandemi flu 100 tahun lalu, ada efek lanjutannya," kata dia dalam acara VIVA Talk bersama VIVA.co.id, Selasa 3 November 2020.
Pada gejala jangka panjang, ada pasien yang mengaku alami kerusakan paru-paru seperti fibrosis. Kemudian, ada yang alami sesak napas namun perlu bukti lebih banyak akan kedua kondisi tersebut.
"Kedua, kemungkinan kambuh. Biasanya saat tubuh sakit, ada virus atau bakteri, akan membentuk antibodi yang diharapkan kuat. Ternyata, mereka yang sudah sakit diukur antibodinya makin menurun," ujar dia.
Diakuinya, antibodi yang turun membuat tubuh kembali rentan terinfeksin virus corona jenis baru itu. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan sebagian orang memang memiliki antibodi COVID-19 dalam jangka pendek.
"Untuk itu, butuh 3M untuk mencegah penularan. Selain itu, etiket batuk serta salaman jarak jauh agar tidak ada risiko penularan lewat droplets. Kita lakukan itu sambil menunggu vaksin dan obat pencegah yang sedang dikembangkan," tuturnya.
Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.
#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak