Gak Nyangka, Mager Ternyata Jadi Biang Kerok Hipertensi
- Freepik/freepik
VIVA – Beberapa kebiasaan buruk dan tidak sehat, berpotensi besar menjadi penyebab atau faktor risiko timbulnya penyakit tidak menular (PTM), termasuk hipertensi.
Dalam media briefing Kementerian Kesehatan RI, Direktur P2PTM, Cut Putri Arianie, MD, M.H.Kes, mengatakan sangat penting untuk mengukur faktor risiko, karena menjadi akar masalah dari penyakit tidak menular.
Baca Juga: Turunkan Risiko Hipertensi, Siasati Penggunaan Garam Lewat Cara Ini
"Kalau orang punya faktor risiko, bahwa dia mengonsumsi gula, garam, lemak, secara berlebihan, itu artinya di dalam masalah PTM, dia mengonsumsi makanan dengan pola yang tidak sehat," ujarnya dalam media breafing online, belum lama ini.
Secara tidak terduga, faktor risiko lain, terkait penyakit hipertensi, yang kerap dilakukan banyak orang adalah kebiasaan mager alias malas gerak.
"Kalau dia punya faktor risiko mager, kurang aktivitas fisik. Itu juga salah satu yang akan menyebabkan potensi untuk hipertensi," kata dia.
Lebih lanjut menurut Cut, merokok juga masuk dalam daftar penyebab penyakit hipertensi. Begitu pun dengan berat badan berlebih. Tapi, jangan keliru, berat badan berlebih tentu berbeda dengan obesitas.
"Jadi, kita tidak sebut obesitas ya, karena kalau obesitas itu sudah harus diobati. Tapi berat badan berlebih, ketika melebihi berat badan ideal, Anda sudah harus sangat berhati-hati. Karena inilah yang menjadi faktor risiko," lanjut dia memperingatkan.
Cut menyarankan, orang-orang yang memiliki faktor risiko ini, minimal satu bulan sekali wajib mengukur tekanan darah. Selain itu, mengukur gula darah atau indeks massa tubuh juga tak kalah penting. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang masih sehat?
"Bagi orang yang sehat, tetaplah menjadi orang yang sehat dengan melakukan screening faktor risiko secara berkala, minimal 6 bulan sampai 1 tahun sekali," tuturnya.
Sedangkan bagi orang-orang yang sudah mengidap hipertensi, Cut menyarankan agar mereka tetap patuh mengonsumsi obat, agar penyakitnya tetap terkontrol.
"Untuk orang hipertensi dengan penyakit tidak terkontrol, itu akan sangat mudah terinfeksi COVID-19, apalagi kalau tidak menerapkan protokol kesehatan. Jadi sebenarnya, hipertensi ini sangat mungkin untuk dicegah dengan perubahan perilaku," tutup Cut Putri Arianie.