Herbal dan Suplemen Tak Cukup untuk Lawan COVID-19

Ilustrasi ramuan herbal.
Sumber :
  • Pexels/Nikolay Osmachko

VIVA – Ketakutan tertular virus corona atau COVID-19, membuat orang sangat berhati-hati dengan kesehatannya dan menjaganya dengan segala cara. Sementara beberapa orang mengandalkan pengobatan rumahan atau tradisional, ada juga yang lebih memilih untuk mengonsumsi vitamin C dan D, hingga multivitamin. 

Namun, tak sedikit juga yang mengonsumi tablet aspirin, antihistamin, dan parasetamol sendiri, tanpa resep dari dokter. Faktanya, pengobatan bekerja berdasarkan kasus per kasus, terutama untuk penyakit kritis seperti COVID-19.

Baca juga: Vitamin D Cegah Kerusakan Organ Pasien COVID-19, Termasuk Paru-Paru

Obat yang mungkin terbukti bermanfaat untuk satu orang, mungkin tidak akan cocok untuk yang lain. Pengobatan sendiri terkadang juga dapat menimbulkan masalah kesehatan tambahan. 

Dilansir Times of India, Senin 12 Oktober 2020, setiap obat atau pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh dokter, berpotensi berbahaya, terutama bagi mereka yang hidup dengan penyakit penyerta. 

Obat-obatan hanya bekerja paling baik bila digunakan dalam dosis tertentu yang disarankan oleh praktisi medis. Jika tidak, dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan dampak buruk. 

Hal yang sama juga berlaku untuk minuman herbal. Meski dapat membantu meningkatkan kekebalan atau menghilangkan gejala, tidak berarti obat-obatan tersebut dianggap sebagai yang terbaik. Konsumsi berlebihan atau minum lebih dari yang dibutuhkan dapat menimbulkan masalah bagi tubuh. 

Buktinya adalah, seorang pria Amerika meninggal setelah mengonsumsi terlalu banyak akar manis. Tweet seorang dokter India, tentang pasiennya yang muntah darah setelah melakukan pengobatan rumah sendiri, juga viral baru-baru ini. 

Hal yang sama juga berlaku untuk vitamin atau obat peningkat imunitas lainnya. Vitamin dan mineral akan sangat membantu jika diserap dengan baik, jika dikonsumsi pada waktu yang tepat. Misalnya, vitamin C yang kebanyakan dijual di pasaran dijual dalam bentuk asam askorbat, yang tidak seefektif bentuk askorbat. 

Konsumsi berlebihan, seperti tablet seng juga bisa menyebabkan kelesuan. Risiko yang sama juga berlaku untuk konsumsi vitamin D dan mineral lainnya. Selain itu, konsumsi makanan super berlebihan yang dijual dalam bentuk pil, tidak akan banyak membantu. 

Meskipun sangat penting untuk menjaga kekebalan saat pandemi, hanya mengandalkan pil dan obat-obatan untuk mencegah atau menyembuhkan infeksi COVID-19 bukanlah solusi yang baik. Pencegahan dan mengurangi risiko terpapar, bersama dengan kebiasaan menjaga kebersihan yang tepat, adalah cara terbaik untuk melawan dan meniadakan risiko COVID-19. 

Mengenai kekebalan, tubuh kita benar-benar bisa menjadi 'hakim' terbaik untuk memberi tahu kita apa yang kita perlukan. Tidur nyenyak, konsumsi makanan kaya nutrisi, dan olahraga, adalah tiga pelawan infeksi alami terbaik, dan bekerja lebih baik dibanding suplemen apa pun.

Baca juga: Kenali Bunyi Batuk Gejala COVID-19

Oleh karena itu, dengarkan tubuhmu sebelum mengalami overdosis obat dan suplemen. Jika kamu mengira kamu kekurangan vitamin atau memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, konsultasi dengan ahli medis akan sangat membantu. Jadi, lebih baik konsultasikan ke dokter sebelum mencoba obat-obatan tertentu. 

Di sisi lain, Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu