Ahli Virus Jerman Prediksi Pandemi COVID-19 Usai pada 2023
- Times of India
VIVA – Virus corona jenis baru atau COVID-19 dapat menjadi bagian dari kehidupan selama tiga tahun ke depan pada 2023 mendatang. Profesor Hendrik Streeck, yang merupakan ahli virus Jerman terkemuka, memperkirakan virus mungkin tidak akan hilang bahkan jika vaksin telah ditemukan.
Ahli virologi itu menanggapi pandemi di Heinsberg, salah satu distrik yang paling parah terkena dampak COVID-19 di Jerman. Profesor Streeck menggunakan Kota Gangelt untuk mempelajari bagaimana virus menyebar dan cara mengatasinya.
"Virus ini tidak menghilang. Sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Itu akan tetap ada di sini dalam tiga tahun dan kita harus menemukan cara untuk menghadapinya," kata Profesor Streeck dikutip dari laman Metro.
Baca juga: Liburan saat Pandemi Virus Corona Itu Menyusahkan Semua Orang
Ilmuwan itu mengatakan bahwa menjaga jarak masih akan menjadi cara paling efektif untuk menahan virus corona di tahun-tahun mendatang. Dia memperkirakan wabah besar itu akan tetap ada akibat peristiwa 'super-penyebaran' seperti pesta di rumah dan acara kerumunan lainnya.
"Kami tahu bahwa jarak sosial, tidak berkumpul dalam kelompok besar dan menutupi wajah dengan masker dapat berdampak besar pada (penekanan penyebaran) infeksi. Ini adalah tindakan sederhana yang dapat membantu menghentikan penyebaran jika Anda memiliki tingkat infeksi yang besar (kelompok rentan)," katanya.
Profesor Streeck menambahkan bahwa kemungkinan vaksin akan tetap ditemukan tetapi diperingatkan bahwa itu mungkin tidak diproduksi dengan cepat. Ada kemungkinan tahun mendatang atau bahkan lebih lama.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebelumnya mengatakan berharap pandemi akan berakhir dalam dua tahun. Prediksi itu berdasarkan pandemi flu Spanyol tahun 1918 yang membutuhkan waktu dua tahun untuk diatasi.
Flu tahun 1918 menewaskan sedikitnya 50 juta orang, sementara COVID-19 sejauh ini telah menyebabkan sekitar 880.000 kematian, menurut penghitungan Universitas John Hopkins.