Rokok Elektrik Lebih Aman Cuma Mitos, Ini Kata Dokter
- dok. pixabay
VIVA – Rokok elektrik saat ini tengah dianggap sebagai primadona lantaran dinilai mampu membuat perokok meminimalisir jumlah bahan kimia masuk ke tubuh dibandingkan rokok konvensional. Nyatanya, hal itu ditepis oleh dokter spesialis paru dan menyebutnya sebagai mitos belaka.
Menurut Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Erlina Burhan Sp.P, dalam talkshow virtual bersama Kementerian Kesehatan RI, apapun jenis rokoknya akan tetap memberi risiko penyakit yang tak jauh berbeda.
"Mitos yang mengatakan rokok elektronik lebih aman dan tidak berisiko. Itu juga tidak benar," kata dokter Erlina, Jumat 4 September 2020.
Baca juga: Vape Efektif Sebagai Terapi Berhenti Merokok, Benarkah?
Lebih lanjut, di dalam rokok eletronik masih mengandung bahan kimia yang berisiko buruk pada tubuh. Zat bersifat karsinogenik tertanam di dalamnya sehingga risiko infeksi bisa terjadi.
"Rokok elektrik itu sama berbahayanya dengan rokok konvensional. Jadi tidak ada yang membedakan ini karena itu membuat perokok lebih mudah mengalami infeksi," terangnya.
Terlebih, merokok dapat melemahkan imunitas tubuh sehingga perokok akan lebih rentan terinfeksi COVID-19. Tak dipungkiri juga bahwa paru-paru perokok lebih 'disukai' virus corona lantaran dapat melumpuhkan mucocilliary clearance (proses penjernihan) di saluran pernapasan.
Maka dari itu, dokter Erlina mengimbau agar para perokok menghentikan kebiasaan buruknya tersebut di tengah pandemi. Akan lebih baik lagi jika pola hidup sehat itu dilakukan meski pandemi berakhir.
Baca juga: Studi Sebut Vape Efektif Atasi Kecanduan Rokok
"Merokok ini melemahkan sistem imun sehingga tubuh sulit untuk melawan virus corona yang masuk. Berhenti merokok segera. Masa pandemi ini adalah momen yang tepat untuk kita mengimbau orang untuk berhenti merokok," kata Erlina.