Mutasi Virus Corona D614G Lebih Ganas, Indonesia Ngebut Buat Vaksin
- Pixabay/pearson0612
VIVA – Awal pekan ini ditemukan bahwa mutasi virus corona D614G dianggap lebih ganas dibanding mutan awalnya. Hal ini kembali menimbulkan keresahan akan penemuan vaksin yang belum juga menemukan titik terang.
Lembaga Eijkman sedang mengembangkan vaksin COVID-19 berdasarkan strain virus yang ada di Indonesia, bekerja sama dengan beberapa lembaga riset lainnya. Menurut tim peneliti, mutasi tersebut bisa diatasi jika vaksin untuk virus corona awal, bisa dikembangkan dengan maksimal.
Maka dari itu, butuh teknologi yang tepat agar pengembangan vaksin bisa berjalan sesuai rencana. Sehingga tak perlu menimbulkan kepanikan.
Baca juga: Hati-hati, Tekanan Darah Meningkat Sebabkan Pembuluh Darah Pecah
"Kalaupun nanti ada mutasi, selama kita ada teknologi untuk mengembangan vaksin, kita dengan gampang meng-klon (membuat hal serupa) virus dengan mutasi tersebut," ujar Peneliti LBM Eijkman, R. Tedjo Sasmono, PhD, dalam Talkshow Virtual bersama Merck dan Eijkman, Kamis 3 September 2020.
Adapun teknologi yang dibutuhkan telah disediakan oleh mitra peneliti, termasuk perusahaan Merck yang berpacu dalam dunia sains dan teknologi. Perusahaan tersebut memberi dukungan donasi berupa peralatan dan material riset senilai Rp1,2 Milyar (EUR 74.000) untuk mendukung Lembaga Biologi Molecular Eijkman dalam percepatan penelitian pengembangan vaksin di Indonesia.
Bentuk teknologinya berupa Magpix yang terdiri dari Luminex® dan MILLIPLEX® MAP yaitu sarana pendukung riset imunologi untuk mempelajari dinamika COVID-19 dalam sampel pasien.
"Merck menyediakan produk dan layanan yang sangat penting dan memberikan solusi bagi para ilmuwan untuk mendeteksi dan mengkarakterisasi virus dan mengembangkan vaksin dan terapi, di mana hal tersebut sangat penting memacu pengembangan vaksin untuk melawan COVID-19," ujar President Director PT Merck Chemicals and Life Sciences, Christopher Thomas, dalam kesempatan yang sama.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijman - Prof. Amin Soebandrio mengatakan, prioritas utama saat ini adalah dengan penemuan vaksin virus corona di mana sangat membutuhkan teknologi yang mutakhir. Prof Amin menegaskan, dukungan mitra internasional dan peralatan serta perlengkapan riset yang mumpuni sangat membantu percepatan proses riset.
Baca juga: 6 Manfaat Luar Biasa Memasak dari Pandangan Psikolog
"Saat ini proses pembuatan vaksin sudah sampai pada tahap pembuatan sub unit protein sebagai platform yang terpilih. Secara keseluruhan, proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun namun Lembaga Eijkman berupaya membuat benih vaksin hanya dalam waktu satu tahun. Diperkirakan vaksin COVID-19 buatan Indonesia akan tersedia untuk proses lebih lanjut, termasuk uji klinis di Indonesia pada awal semester 2021," paparnya.