10 Kali Lebih Menular, Mutasi Virus Corona D614G Menyebar di Indonesia
- pixabay
VIVA – Mutasi virus corona, D614G, yang dilaporkan 10 kali lebih menular, pertama kali dideteksi di Jerman dan China pada Januari 2020 lalu. Kemudian, negara tetangga, Malaysia, juga melaporkan hal yang sama pada Juli 2020.
Kini, mutasi tipe D614G pada Sars-CoV-2 tersebut juga sudah dideteksi di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph,D.Sp.MK.
"Keberadaannya dilaporkan pada bulan Mei lalu. Dan dari isolat yang sebetulnya diperoleh pada bulan April, sebenarnya sudah ada," ujarnya saat konferensi pers virtual di Youtube BNPB Indonesia, Rabu 2 September 2020.
Baca juga: Waspada, Diabetes Mulai Menyerang di Usia 18 Tahun
Setelah terdeteksi, secara berturut-turut mutasi D614G ditemukan di beberapa kota di Indonesia, antara lain Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Dengan begitu, hal ini menunjukkan bahwa virus dengan mutasi D614G, memang sudah ada di Indonesia.
"Saat ini kami semuanya berupaya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari kota-kota lain di Indonesia, untuk mendapatkan gambaran seberapa luas penyebaran virus dengan mutasi D614G ini," lanjut dia.
Namun, Amin menekankan keberadaan virus dengan mutasi D614G, sementara ini belum ada data ilmiah kuat yang mendukung bahwa mutasi ini dapat menyebabkan penularan yang lebih cepat atau lebih luas. Selain itu, mutasi virus ini juga tidak menambah keparahan penyakit.
"Mutasi D614G sudah ada sejak Januari dan semakin banyak penyebarannya, persentasenya semakin tinggi. Yang kami amati bahwa mutasi ini memang menyebabkan perubahan pada spike protein dari coronavirus, tetapi tidak mengganggu RBD (Receptor-Binding Domain)," kata dia.
Menurut Amin, perubahan yang disebabkan oleh mutasi D614G ini walaupun terjadi pada spike protein, tapi terjadi pada lokasi yang berbeda. Sehingga RBD tidak terganggu dan tidak akan mengganggu kinerja vaksin. Meski tidak berbahaya, Amin berpesan agar kita tidak abai dengan pandemi ini.
Baca juga: 6 Cara Sederhana Menurunkan Lemak Perut, Berdasarkan Penelitian
"Namun, kita tetap tidak boleh menganggap bahwa pandemi ini dapat diabaikan, karena kita tetap harus melaksanakan protokol kesehatan 3M," kata Amin Soebandrio.