500 Jamaah Tertular COVID-19 saat Salat di Hagia Sophia
- istanbulvision
VIVA – Dibukanya kembali bangunan bersejarah Hagia Sophia di Istanbul, Turki, untuk beribadah umat Muslim, memicu kasus baru virus corona di Turki. Hal itu dikarenakan, tindakan pencegahan tidak dilakukan secara ketat selama berlangsungnya ibadah.
Sekitar 350.000 jamaah memadati Hagia Sophia, pada 24 Juli 2020, lalu. Saat itu, adalah kali pertama bangunan ikonik berusia 1500 tahun itu digunakan untuk ibadah salat Jumat, setelah 86 tahun dijadikan museum.
Dari jumlah tersebut, ada 500 jamaah atau pengunjung yang dinyatakan terdiagnosis COVID-19, termasuk di antaranya anggota parlemen dan jurnalis, karena kurang menjaga jarak sosial dan tidak mengenakan masker.
Baca juga: Terungkap, Fakta Oscar Lawalata Akui Pilih Jadi Feminin
Sejak liburan Idul Adha, penambahan kasus baru virus corona di Turki mengalami peningkatan menjadi 1000-an per hari. Para profesional kesehatan di sana mengatakan, pandemi memburuk pada bulan lalu. Dan pembukaan Hagia Sophia untuk salat tanpa tindakan pencegahan yang tepat dan tegas, adalah alasan untuk lonjakan kasus di negara tersebut.
"Setelah pembukaan Hagia Sophia, kami mendengar banyak kasus di antara politisi. Tapi, mereka menjalani pemeriksaan rutin setiap tiga hari untuk memastikan mereka sehat," kata seorang dokter yang tak disebutkan namanya, dikutip Arab News, Kamis 13 Agustus 2020.
Dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit di provinsi Anatolia tengah, Sivas, itu juga menambahkan.
"Jika warga biasa juga mendapatkan tes serupa, angka kasus sebenarnya akan lebih tinggi. Jika keadaan terus seperti ini, tidak akan ada orang di rumah sakit yang tidak terinfeksi. Bahkan mungkin ada kekurangan tenaga medis yang mengundurkan diri dari pekerjaan atau menjadi sakit," lanjut dia.
Baca juga: Dian Sastro Senang, Bangga dan Lega, Ada Apa ya?
Anggota parlemen dari partai oposisi, Murat Emir, mengatakan, seharusnya para pejabat lebih bertanggung jawab untuk mengatasi pandemi ini.
"Sayangnya, saat pembukaan Masjid Hagia Sophia ribuan warga berkumpul tanpa memerhatikan protokol jaga jarak dan memakai masker. Berbagai kota dari Anatolia mengadakan tur untuk pembukaan ini, tanpa ada yang tahu apakah orang-orang ini mendapatkan izin resmi berpergian dari Kementerian Kesehatan, atau menjaga jarak selama transit," kata dia.
Emir memperingatkan bahwa pertemuan seperti itu di mana protokol menjaga jarak tidak diterapkan, cukup untuk memicu penyebaran COVID-19.
Laporan kasus harian COVID-19 Turki, beberapa kali mendapat kritik dari tenaga profesional dan TTB, karena dianggap tidak akurat. Hingga saat ini, ada 5.858 orang yang telah meninggal akibat virus corona di Turki.
Berdasarkan angka resmi tersebut, Turki belum masuk dalam daftar perjalanan aman untuk dikunjungi.