Mengejutkan, Cegukan Disebut Jadi Gejala Baru COVID-19
- pixabay
VIVA – Para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia bekerja siang dan malam untuk mengembangkan obat untuk virus corona atau COVID-19. Upaya juga dipercepat dengan terus mempelajari tentang gejala rumit penyakit tersebut, agar bisa didiagnosis tepat waktu.
Meski sebelumnya, demam, batuk kering dan sesak napas, disebut sebagai gejala khas COVID-19. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, semakin terbukti penyakit ini muncul dengan sendirinya dan terkadang dengan cara yang sangat aneh.
Baca juga: ASI Tingkatkan Imunitas Bayi Saat Pandemi COVID-19
Sementara beberapa fitur klinis virus corona mirip dengan penyakit pernapasan lainnya. Virus yang berasal dari China itu juga menyebabkan gejala yang tidak biasa, termasuk hilangnya rasa dan bau (tanpa hidung tersumbat), masalah mata, ruam kulit, masalah pencernaan ringan, bahkan pusing pada beberapa pasien.
Dilansir Times of India, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine menunjukkan, gejala baru COVID-19 yang dianggap sebagai tanda pertama penyakit ini adalah cegukan terus-menerus.
Dalam penelitian tersebut, dokter dari Cook County Health, AS, menguraikan laporan kasus seorang pria berusia 62 tahun. Ia masuk unit gawat darurat setelah menderita cegukan terus-menerus selama 4 hari. Diketahui, pasien tidak memiliki riwayat penyakit paru-paru dan telah kehilangan berat badan sekitar 11 kilogram dalam 4 bulan terakhir.
Pria itu juga juga tidak merasakan gejala-gejala virus corona. Pemeriksaan fisiknya pun tidak menunjukkan apapun saat pertama masuk rumah sakit. Suhu tubuhnya 37 derajat Celcius, tidak mengalami hidung tersumbat, sakit tenggorokan, nyeri dada, atau sesak napas.
Setelah dokter melakukan rontgen untuk mengetahui penyebab cegukan terus-menerus itu, mereka menemukan kedua paru-parunya keruh seperti tidak normal. Kelainan ini muncul sebagai area yang berkabut di paru-parunya dan menandakan semacam kerusakan pada paru-paru, peradangan atau pendarahan, demikian menurut Bruce Y. Lee, MD, profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di Sekolah Umum Kota City, New York (CUNY) School of Public Health.
Berdasarkan temuan sinar-X, dokter kemudian melakukan CT scan untuk memastikan adanya peradangan paru-paru, yang mungkin memicu cegukan. Pasien dirawat di unit COVID-19, setelah dokter memutuskan untuk melakukan tes virus corona.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Gejala Biologis dari Kasus COVID-19 Terparah
Pada saat dia dirawat, dia mengalami demam dengan suhu 38,3 derajat Celcius dan detak jantungnya juga naik. Menurut laporan kasus, hanya setelah satu hari pasien dirawat, pasien dinyatakan positif COVID-19.
Para peneliti mencatat bahwa cegukan terus-menerus terkait dengan virus corona, meskipun penurunan berat badan secara bertahap, tampaknya tidak ada hubungannya dengan penyakit tersebut.
"Sepengetahuan kami, ini adalah laporan kasus pertama pada pasien positif COVID-19. Ini menekankan pentingnya evaluasi terperinci pada mereka yang mengalami cegukan. Setidaknya mengambil riwayat menyeluruh, pemeriksaan fisik, melakukan tes laboratorium dasar, dan melakukan rontgen dada," kata para peneliti.