Penjelasan Dokter Soal Bahaya Thermo Gun pada Pasien
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA – Rumah sakit (RS) kerap dianggap sebagai sarana penularan penyakit menular termasuk COVID-19. Untuk itu, pihak RS mulai meningkatkan keamanan pasien serta para staf dengan inovasi pada teknologi.
Penularan COVID-19 paling utama melalui droplets atau cipratan ludah seseorang yang terkonfirmasi positif. Penularannya yang sangat mudah, membuat RS harus memperketat proses skrining.
"Semua pasien rawat inap akan skrining swab tes, PCR dan CT Scan paru. Pastikan ketiga ini aman, jadi pasien bisa dilakukan rawat inap sehingga bisa proteksi dokter dan pasien lain dari paparan infeksi menular," ujar dokter spesialis ortopedi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Langga Sintong, Sp.OT., dalam acara media virtual, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Vaksin Corona dari China Akan Diuji Klinis pada 1.620 Relawan
Thermo gun juga menjadi tahapan terdepan untuk mendeteksi COVID-19 pada pasien. Dokter juga menepis adanya isu bahaya yang disebabkan oleh paparan thermo gun ke dahi.
"Mekanismenya, thermo gun tidak berbahaya paparannya. Karena radiasinya tidak terbukti berbahaya," jelasnya.
Setelah menjalani tahapan skrining itu, maka pasien boleh menjalani rawat inap ataupun tindakan operasi. Menurut dokter, dengan keamanan pada tahap skrining maka tindakan operasi dapat dilakukan dengan lancar.
"Tindakan bedah dilaksanakan dengan menjalankan protokol-protokol kesehatan secara aman dan tepat. Sebelum jadwal bedah diberikan kepada pasien, proses pemeriksaan COVID-19 akan dilakukan terlebih dahulu. Hingga kini, tidak ada pasien terinfeksi COVID-19 selama menjalani perawatan ataupun pasca tindakan bedah di Siloam Hospitals Kebon Jeruk,” jelas dokter spesialis ortopedi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Erick Wonggokusuma, Sp.OT.