Pakar Klaim Virus Corona Bisa Bertahan di Makanan Beku

Ilustrasi nugget /frozen food/makanan beku.
Sumber :
  • Freepik/brgfx

VIVA – Krisis akibat pandemi virus corona atau COVID-19 masih terus berlangsung lantaran vaksin tepat untuk pencegahan penularannya masih belum ditemukan. Seiring dengan perkembangan vaksin yang masih diteliti, pakar kembali menemukan cara baru sumber penularan yakni makanan beku.

Dilansir dari laman The Health Site, Kamis, 16 Juli 2020, menurut laporan terbaru dari China, virus ini ditemukan di paket makanan berisi udang sehingga menimbulkan kekhawatiran baru akan penularannya melalui makanan. Tak hanya itu, pakar kini menemukan bukti bahwa penularan SARS-CoV-2 bisa melalui makanan beku.

Baru-baru ini, Kepala Epidemiolog dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China mengatakan bahwa virus ini dapat bertahan di permukaan makanan beku hingga tiga bulan. Infeksi dari makanan segar seperti daging dan ikan dapat terjadi jika pekerja dapur atau pelayan bekerja saat sakit dan menyentuh makanan itu untuk kemudian menularkan virus. 

Sejalan dengan itu, pakar dari Global Outbreak Alert dan Response Network yang Dikoordinasi WHO mengatakan bahwa virus itu dapat ikut dibekukan saat disimpan. Jadi, jika virus dikemas dengan produk beku maka ia dapat bertahan hidup. Bahkan, semakin dingin itu, semakin lama virus bertahan hidup. 

Namun, seorang ahli dari Universitas Hong Kong mengakui bahwa hingga saat ini belum ada bukti bahwa virus dapat menyebar melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Banyak ahli juga dengan cepat menegaskan bahwa belum ada bukti kredibel atas penularan virus melalui makanan dan kemasan makanan.

Yang pasti, virus corona ini sudah terbukti mampu menular melalui droplets atau percikan liur seseorang. Droplets itu bisa menempel di permukaan benda hingga puluhan jam dan menginfeksi siapa pun yang menyentuhnya.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengakui bahwa penularan virus corona jenis baru itu bisa melalui udara. Beberapa faktor yang memengaruhi seperti minimnya ventilasi dan kerumuman yang terlampau berlebih.