Pakar Sebut Ruam Merah Bukan Gejala Khas COVID-19

Ilustrasi ruam di kulit.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kasus COVID-19 terus berkembang dengan berbagai penemuan terbaru mulai dari gejala, vaksin, hingga pengobatannya. Untuk gejala sendiri, beberapa pakar menyebutkan tanda khas di kulit kerap dikeluhkan oleh beberapa pasien.

Bahkan, tak sedikit pakar yang memaparkan adanya ruam merah sebagai tanda khusus pada kulit akibat COVID-19. Senada, Dokter Spesialis kulit – Dermatologi Kosmetik, Dr. Abraham Arimuko, Sp.KK, MARS, FINSDV, FAADV, mengatakan ruam merah memang kerap dikeluhkan pasien COVID-19.

"Pada kasus COVID-19 ini, memang ada gejalanya pada kulit berupa ruam, ada cairan, ada purpura. Tapi kalau diperhatikan, gejalanya tidak khas. Tidak ada tanda-tanda, patokan, di bidang kulit untuk COVID-19," tegas Abraham, dalam telekonferens NOROID, beberapa waktu lalu.

Meski begitu, tanda-tanda di kulit tersebut tetap harus diobservasi dan ditangani dengan tepat. Jika dibiarkan, dapat membuat kualitas hidup pasien menurun dan malah memicu masalah kesehatan lain. 

"Cara atasinya tergantung klinisnya. Kalau ada kaligata pakai obat antikaligata. Kalau ruam kemerahan, berikan pelembab saja cukup. Setelah infeksi hilang maka ruam merah hilang," terangnya.

Untuk lebih mewaspadainya, CDC (Pusat Kontrol Penyakit di Amerika Serikat) menambah daftar gejala baru mencakup menggigil sesekali atau berulang kali tanpa sebab, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, dan kehilangan fungsi perasa di lidah dan penciuman di hidung. Jika gejala tersebut terasa, waspadai tubuh tengah mengidap COVID-19.

Belum cukup di situ, CDC menyarankan agar segera ke rumah sakit jika beberapa gejala baru namun cukup berat muncul seperti sesak napas, nyeri di dada sesaat atau dada terasa tertekan, kebingungan, dan bibir atau kulit wajah berubah membiru.

Kondisi ini harus segera diobservasi oleh tenaga medis. Gejala itu akan terlihat kurang lebih dalam 14 hari usai terpapar virus (masa inkubasi. Kondisi tersebut juga dipengaruhi sistem imun yang rendah yang membuat infeksi rentan mengintai.