Titiek Puspa Akui Idap Kanker Serviks, Gimana Pencegahannya Ya?
- VIVA.co.id/ Linda Hasibuan
VIVA – Penyanyi senior Titiek Puspa mengaku didiagnosis kanker serviks di usia 73 tahun. Hal ini ia utarakan dalam tayangan podcast channel YouTube milik Deddy Corbuzier.
Penyanyi 82 tahun itu bahkan mengaku sering mengidap berbagai penyakit sejak kecil. Saat dirinya didiagnosis kanker serviks, Titiek pun tak kaget dan menerimanya dengan ikhlas dan pasrah.
Terlebih, Titiek mengungkapkan bahwa ayah dan saudara kandungnya memang direnggut nyawanya akibat penyakit tersebut.
"Ya udah, enggak apa-apa," ujarnya menirukan jawaban kala pertama kali didiagnosis.
Diketahui saat ini Indonesia menjadi negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di Asia, bahkan lebih dari 50 persen di antaranya meninggal dunia. Ada pun tipe HPV yang paling ganas dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Proses keganasan terjadi saat virus HPV masuk ke dalam tubuh ketika ada celah luka pada lapisan epitel di serviks. Berdasarkan penelitian, proteksi maksimal bisa didapat melalui pencegahan primer berupa vaksinasi yang bisa mulai dilakukan pada anak berusia 9 tahun.
Antibodi melawan virus HPV akan terbentuk lebih maksimal jika vaksinasi diberikan sejak dini. Sayangnya, sekitar 120 ribu anak perempuan terancam tidak mendapat vaksinasi HPV lanjutan karena adanya masalah ketersediaan vaksin.
"Kalau memang vaksinasi dianggap penting, seharusnya keterlambatan ini tidak terjadi,” ujar Ketua Satuan Tugas Imunisasi Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Msc., PhD., Sp.A(K).,dikutip dari siaran pers, Senin, 20 April 2020.
Proyek percontohan vakinasi HPV pertama kali di lakukan di Jakarta pada 2016. Lalu, pada 2018 pemerintah melanjutkannya menjadi program percontohan vaksinasi dengan menyasar para siswi kelas 5 SD dan sederajat di lima daerah yaitu Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Manado. Seharusnya pada November 2019 kemarin, vaksinasi HPV dosis kedua dilakukan.
Ini sesuai dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa vaksinasi HPV untuk anak perempuan berusia 9-13 tahun dilakukan sebanyak dua kali. Menurut Prof. Cissy, karena proyek percontohan ini sudah masuk dalam agenda Kementerian Kesehatan seharusnya segala kendala untuk penyediaan vaksin bisa dipersiapkan jauh-jauh hari.
Mengenai efektivitas kerja vaksin, Prof. Cissy menyebutkan, anjuran yang diberikan untuk penyuntikan dosis kedua adalah maksimal 15 bulan. Artinya masih ada rentang waktu yang bisa dikejar pemerintah untuk segera melaksanakan vaksinasi.
“Kita berharapnya keterlambatan ini jangan berlarut-larut. Kalau memang sudah masuk program Kementerian Kesehatan, seharusnya ada pergantian menteri atau dirjen, programnya tetap harus jalan sesuai rencana," kata dia.