Perokok Pasif Berisiko Terinfeksi COVID-19

Ilustrasi rokok.
Sumber :
  • Pixabay/Ralf Kunze

VIVA – Peneliti menyebutkan bahwa perokok pasif sama berisikonya dengan perokok aktif terhadap paparan virus corona jenis baru atau COVID-19. Tingginya paparan asap mengakibatkan paru-paru perokok rentan 'dihinggapi' virus corona.

Dipaparkan Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman Kementerian Ristekdikti, Prof.Dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK (K), virus memerlukan reseptor atau 'tempat berlabuh' pada tubuh manusia. Pada virus corona ada tiga jenis reseptor yakni ACE2, CD209, dan CLEC4M, yang mana pada ketiganya paling menonjol pada perokok.

Tetapi, Amin bukan hanya menyebutkan bahwa perokok aktif yang rentan terpapar melainkan juga perokok pasif. Terlebih, pada mereka yang tinggal serumah, lebih berisiko terhadap virus corona.

"Risikonya sama dengan perokok aktif. Yang aktif lebih banyak terpapar, tapi kalau yang pasif tinggal serumah dengan yang aktif, terpapar sisa asapnya, lama-lama berisiko juga," ujar Amin di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ditambahkan Amin, pada prinsipnya memang mereka yang berisiko terpapar COVID-19 ada tiga yakni perokok, pria, dan lansia (lanjut usia). Namun, pada perokok pasif yang ikut terpapar asap rokok dan memicu kelainan pernapasan, pada akhirnya terjadi gangguan pada paru.

Kerja dan fungsi paru-paru yang awalnya melemparkan bahan berbahaya agar tidak menembus ke dalam sel di tubuh, bisa dirusak oleh asap rokok. Sehingga paru-paru mengalami kelainan dan membahayakan sel organ di tubuh.

"Jadi ketika dia terserang virus, kondisi parunya demikian (gangguan pada fungsi parunya sehingga oksigennya tidak bagus), dia cepat mengalami perburukan. Risikonya lebih tinggi dan risiko juga terjadi perburukan penyakit. Intinya bukan pasif atau aktif tapi gangguan paru-parunya," terangnya.