Obat Biosimilar Kanker Payudara Samakah Manfaatnya dengan Trastuzumab?

Ilustrasi minum obat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling umum diidap wanita di seluruh dunia. WHO menyebut ada sekitar 2,1 juta kasus baru di 2008, yang 65 persennya adalah kasus advance, yaitu berada di stadium 3 dan 4.

Tentu saja, ini menjadi permasalahan bagi sebagian besar negara untuk menangani ledakan kasus kanker payudara. Apalagi, obat kanker payudara tidaklah murah. Sejauh ini, obat kanker payudara yang disebut trastuzumab atau anti HER2 tidak dapat di-cover BPJS. 

Ditemui di kawasan Jakarta Selatan, ahli bedah onkologi, dr. Walta Gautama, ST SpB(K) Onkologi mengatakan, sejak awal kemunculannya, harga trastuzumab sangatlah mahal, yaitu mencapai Rp21 juta. Ditambah, pengobatan tersebut masih harus didampingi dengan kemoterapi. Sedangkan obat tersebut mampu meningkatkan taraf hidup hingga lebih dari 8 bulan. 

"Lalu, apakah sebanding? Jika diteruskan, pembiayaan akan terus mahal. Tidak semua pasien bisa mendapatkannya, hanya pasien yang mampu," ujarnya di The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 18 Februari 2020. 

Melihat kondisi tersebut, muncullah obat biosimilar dengan harga yang lebih lebih terjangkau. Namun, samakah manfaatnya? 

"Biosimilar adalah obat-obatan biologis yang punya kemiripan struktur dan manfaat yang hampir sama dengan obat yang sebelumnya sudah ada di pasaran. Atau kasarnya obat yang sangat mirip baik bentuk dan kegunaannya dengan yang original," kata dr. Walta. 

Menurutnya, karena sangat mirip dengan obat yang original, baik dari segi bentuk dan manfaatnya, biosimilar dapat menjadi solusi yang menguntungkan untuk seluruh pasien kanker payudara di seluruh dunia. 

Adalah Mylan dan PT. Indofarma, perusahaan farmasi yang baru saja meluncurkan obat biosimilar trastuzumab dengan nama Hertraz. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan kanker payudara stadium awal HER2 positive, kanker payudara metastase dengan HER-2 positive dan kanker lambung metastase, dan akan tersedia dalam dosis 440 mg. Obat ini telah mendapatkan izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.

Perusahaan farmasi ini telah mendapatkan izin dari USFDA, EMA dan perusahaan pembuat regulasi lainnya untuk obat biosimilar trastuzumab dan telah sukses mengobati pasien di banyak negara semenjak pertama kali diluncurkan.