Ganti Nama Jadi COVID-19, Pasien Sembuh dari Corona Makin Bertambah
- vstory
VIVA – Virus Corona baru yang sebelumnya dikenal sebagai nCoV 2019 kini telah memiliki nama baru. Organisasi Kesehatan dunia baru-baru ini memutuskan bahwa virus yang pertama kali muncul di WUhan, China itu dengan nama Corona Virus Disease atau COVID-10
Melalui keterangan yang diunggah dalam akun Twitter @WHO, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan nama tersebut dibuat di bawah panduan antara WHO, OIE Animal Health serta FAO
"Kami harus mencari nama yang tidak merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan juga mudah dilafalkan dan berkaitan dengan penyakitnya," lanjut dia.
Tedros menjelaskan, penetapan nama virus ini penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau membuat stigma. Nama itu juga akan memberi format standar untuk penggunaan pada wabah virus corona yang mungkin merebak lagi di masa depan.
Menariknya, usai berganti nama menjadi COVID-19, pasien yang sembuh dari penyakit ini terus bertambah. Jika pada 10 Februari 2020 World Meters menacatat jumlah yang sembuh berkisar pada 3.324, setelah berganti nama jumlah pasien yang sembuh per 11 Februari 2020 mencapai 4.794.
Hingga hari ini tercatat 45,171 orang terinfeksi COVID-19. Penyakit ini menyebabkan kematian 1,115 orang dengan tingkat fatalitas sekitar 2 persen. Sebanyak 39 kasus baru terjadi di sebuah kapal pesiar di Jepang.
Dalam pernyataannya Tedros juga menyebut bahwa pengembangan vaksin dan terapi adalah salah satu bagian penting dari agenda penelitian. Walaupun itu hanya satu bagian.
"Vaksin dan terapi akan membutuhkan waktu untuk pengembangan, tetapi sementara itu, kita bukannya tidak berdaya. Ada banyak intervensi kesehatan masyarakat dasar yang tersedia untuk kita sekarang, dan yang dapat mencegah infeksi sekarang. Vaksin pertama bisa siap dalam 18 bulan, jadi kita harus melakukan semuanya hari ini menggunakan senjata yang tersedia untuk melawan virus ini, sambil mempersiapkan untuk jangka panjang," kata Tedros.
Tedros mengatakan bahwa pihaknya telah mengirim persediaan ke negara-negara untuk mendiagnosis dan merawat pasien dan melindungi petugas kesehatan. WHO, kata Tedros, juga telah memberi saran kepada negara-negara tentang cara mencegah penyebaran penyakit dan merawat mereka yang sakit.
"Kami memperkuat kapasitas lab di seluruh dunia. Kami melatih ribuan petugas kesehatan. Dan kami terus memberi informasi kepada publik tentang apa yang dapat dilakukan semua orang untuk melindungi kesehatan mereka sendiri dan orang lain," kata dia.