Peneliti: Anjing Mampu Deteksi Kanker Hingga 97 Persen

Ilustrasi wanita dan anjing
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA â€“Memperingati World Cancer Day atau Hari Kanker Sedunia, beragam kisah inspirasi seputar kanker menarik perhatian. Termasuk tentang penemuan kemampuan binatang peliharaan anjing, untuk mendeteksi kanker. 

Ya, Anjing sering disebut-sebut sebagai hewan peliharaan yang paling setia. Namun selain itu, hewan satu ini juga diketahui memiliki penciuman yang sangat baik. Ya, anjing memiliki kemampuan untuk merasakan ketika ada sesuatu yang salah.

Dalam bidang kesehatan, anjing telah terbukti dapat mencium aroma Parkinson dan bisa memberi tahu penderita diabetes jika mendapati kadar gula darahnya sudah dalam tahap berbahaya. Kini, para peneliti menemukan bahwa penciuman mereka mungkin bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi kanker.

Dilansir dari Healthy Food House, Selasa 4 Februari 2020, pada pertemuan tahunan 2019 untuk American Society for Biokimia dan Biologi Molekuler di Orlando, Florida, sebuah studi yang dipublikasikan selama konferensi Experimental Biology menjelaskan bagaimana anjing mampu menggunakan indra penciuman mereka yang luar biasa untuk mendeteksi sampel darah kanker.

Anjing diketahui memiliki indra penciuman yang mencengangkan dan reseptor penciumannya 10 ribu kali lebih akurat dibanding manusia. Hal ini membuatnya sangat sensitif terhadap bau yang tidak dapat kita rasakan.

Otak manusia didominasi oleh korteks visual, tetapi otak seekor anjing dikendalikan oleh bau atau korteks penciuman, yang sekitar 40 kali lebih besar dari kita. Selain itu, anjing memiliki sejumlah besar reseptor penciuman, yang berkisar antara 125 hingga 220 juta dan itu sejuta kali lebih reaktif daripada manusia.

Di laboratorium, anjing terlatih berhasil mendeteksi sampel darah kanker dari pasien dengan akurasi hampir 97 persen. Menurut peneliti utama dalam studi ini, Heather Junqueira, temuan ini dapat membuka jalan untuk menggunakan penciuman anjing sebagai metode skrining untuk kanker dan dapat menentukan senyawa biologis yang dideteksi anjing, kemudian merancang tes skrining kanker berdasarkan pada mereka.

Bersama dengan timnya di BioScentDx, ia juga menggunakan empat anjing untuk membedakan antara sampel darah yang sehat dan dari pasien dengan kanker paru-paru ganas. Salah satu anjing tidak dapat bekerja sama, namun tiga lainnya mampu mengidentifikasi sampel dengan akurasi mencapai 96,7 persen.

Heather kini sedang menyelidiki apakah anjing bisa mendeteksi bau kanker kondensat napas pada penderita kanker payudara. Dia menyatakan bahwa anjing mampu mendeteksi sel pra-kanker, yang berarti pada stadium 0-1.

Dua puluh enam anjing telah terlatih untuk mendeteksi jenis tumor tertentu. Saat ini baru kanker payudara dan paru-paru, namun ke depannya akan mencakup kanker prostat, kolorektal dan melanoma. Penemuan ini bisa sangat membantu sebagai metode yang layak dan terjangkau untuk mendeteksi kanker lebih dini.

Heather menjelaskan meski saat ini masih belum ada obat untuk kanker, namun deteksi dini dapat memberikan harapan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, hasil penelitian ini berpotensi dapat menyelamatkan ribuan nyawa.

Namun, Heather juga mengingatkan, bahwa penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran dokter dan melakukan kunjungan medis sebagai upaya pencegahan penyakit kanker.