Campuran Obat Flu dan HIV Diklaim Bisa Obati Virus Corona

Ilustrasi obat.
Sumber :
  • pixabay/tlspamg

VIVA – Dokter di Thailand baru-baru ini mengklaim telah berhasil menemukan racikan obat untuk mengobati kasus-kasus parah virus corona baru. Ia mengombinasi obat untuk flu dan HIV, dengan hasil awal menunjukkan peningkatan besar selama 48 jam setelah menerapkan pengobatan

Para dokter dari Rumah Sakit Rajavithi di Bangkok mengatakan, pendekatan baru dalam pengobatan virus corona telah memperbaiki kondisi beberapa pasien yang dirawat. Ini termasuk seorang wanita China berusia 70 tahun dari Wuhan yang dites positif terkena virus corona.

Mereka menjelaskan bahwa campuran obat itu ialah obat anti-HIV lopinavir dan ritonavir, dan kombinasi dengan obat flu oseltamivir dalam dosis besar.

"Ini bukan sepenuhnya karena obatnya, tetapi kondisi pasien telah jauh membaik. Dari tes positif selama 10 hari di bawah perawatan kami, setelah menerapkan kombinasi obat ini, hasil tes menjadi negatif dalam waktu 48 jam," kata spesialis paru-paru di Rajavithi, Dr. Kriangska Atipornwanich. 

Sejauh, ini prospeknya sangat baik. Namun, masih harus melakukan lebih banyak penelitian untuk menentukan bahwa ini bisa menjadi pengobatan standar terhadap pasien yang terkena virus corona.

Pejabat kesehatan China telah memberikan obat HIV dan flu untuk melawan virus corona. Penggunaan ketiganya tampaknya meningkatkan perawatan. Dokter lain mengatakan bahwa pendekatan yang sama pada dua pasien lainnya menghasilkan beberapa reaksi alergi, tetapi yang lain menunjukkan perbaikan.

“Kami telah mengikuti praktik internasional, tetapi dokter meningkatkan dosis salah satu obat,” kata Somsak Akkslim, Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis, merujuk pada obat flu oseltamivir.

Thailand sendiri telah mencatat 19 kasus virus corona. Delapan orang di antaranya telah pulih dan pulang dari rumah sakit, sementara 11 pasien masih dirawat.

Somsak mengatakan akan bertemu dengan Kementerian Kesehatan Thailand untuk membahas pengobatan ini. Namun, ia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pendekatan ini dapat diterapkan untuk semua kasus virus corona.

"Awalnya kami akan menerapkan pendekatan ini hanya untuk kasus yang parah," katanya.