WHO Sebut Risiko Wabah Virus Corona Cukup Tinggi di Tingkat Global

Perawat menangani pasien virus corona di China
Sumber :
  • Strait Times

VIVA – Kasus virus Corona Novel di Wuhan (2019-cNov) dikabarkan setiap harinya meningkat. Pagi ini pihak berwenang di China menyebut sudah ada 106 kasus kematian dan 4.193 kasus akibat virus Corona Wuhan.

Dengan meningkatnya jumlah kasus akibat virus ini, Badan Kesehatan Dunia (WWO) mengubah penilaian mereka terhadap risiko virus corona ini pada Senin 27 Januari kemarin.  

Dalam laporan situasi Minggu malam pihaknya menyebut bahwa risiko virus ini sangat tinggi di China, tinggi di tingkat regional dan tinggi di tingkat global.

Namun kini WHO meralat laporan sebelumnya bahwa tingkat risiko global terhadap virus ini adalah sedang. Koreksi penilaian risiko global tidak berarti bahwa keadaan darurat kesehatan internasional telah diumumkan. 

WHO pada hari Kamis berhenti menyatakan virus corona baru sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (suatu penunjukan langka yang hanya digunakan untuk wabah terburuk yang akan memicu tindakan global yang lebih terpadu).

Virus, yang pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan di Cina pada 31 Desember, telah menginfeksi lebih dari 2.700 orang di seluruh dunia, termasuk beberapa kasus yang diidentifikasi di lebih dari selusin negara lain.

Dilansir dari laman Asiaone, Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengunjungi China minggu ini mendiskusikan soal mencari cara mengatasi wabah di Wuhan, dan saat ditanya wartawan mengenai hal itu, Tedros tidak menyebut ini dalam keadaan darurat, namun kondisi itu bisa saja berubah dan risiko terjadinya wabah secara global juga masih tinggi.

“Ini adalah keadaan darurat di Tiongkok tetapi belum menjadi keadaan darurat kesehatan global.  Mungkin belum menjadi satu. Penilaian risiko WHO bahwa wabah itu adalah risiko yang sangat tinggi di China, dan risiko tinggi secara regional dan global."

Dia melanjutkan, WHO mengatakan kategorisasi itu adalah evaluasi risiko global, yang mencakup tingkat keparahan, penyebaran, dan kapasitas untuk mengatasinya. 

Menyangkut koreksi tersebut, pendekatan WHO yang hati-hati terhadap wabah ini telah ditentang oleh beberapa kritikus. Hal itu dapat dilihat dalam konteks kritik di masa lalu atas penggunaan istilah yang lambat atau terlalu terburu-buru, pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi H1N1 2009 yang mematikan.

Selama wabah itu, badan kesehatan PBB ini dikritik karena memicu panik membeli vaksin dengan pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi, dan kemudian kemarahan ketika ternyata virus tidak hampir sama berbahayanya dengan pemikiran pertama.

Namun pada 2014, WHO mendapat kritik keras karena mengecilkan parahnya epidemi Ebola yang menghancurkan tiga negara Afrika Barat, yang mengakibatkan lebih dari 11.300 jiwa meninggal pada saat itu.