Wabah Pneumonia Misterius di China, Penyebabnya Sejenis Virus SARS

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • www.pixabay.com/typographyimages

VIVA – World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa ditemukan coronavirus jenis baru, di mana masih sekeluarga dengan virus SARS dan MERS, yang mungkin menjadi penyebab di balik wabah pnemonia misterius di Wuhan, Tiongkok, China.

Dikutip dari laman The Guardian, Kamis, 9 Januari 2020, sebanyak lebih dari 50 kasus pneumonia di Wuhan kini telah ditetapkan dengan status wabah. Meski masih diteliti, WHO menyebut, virus baru itu kemungkinan sejenis dengan virus yang menyebabkan kematian akibat penyakit SARS dan MERS.

Meski agensi kesehatan UN menuturkan bahwa klaim tersebut masih membutuhkan penelitian mendalam, namun tak dimungkiri kemungkinan adanya jenis coronavirus terbaru yang menyebabkan wabah pneumonia misterius itu.

Diketahui, coronavirus merupakan keluarga virus yang cukup besar yang dapat menyebabkan infeksi bervariasi mulai dari gejala flu hingga Severe Acute Respiratory Syndrom (sindrom pernafasan berat akut) atau SARS. Pada 2003 lalu, penyakit ini menyebar hingga menjangkiti lebih dari 8 ribu orang dan 775 di antaranya meninggal dunia.

Beberapa jenis virus lainnya menyebabkan penyakit yang lebih ringan. Namun, sebagian lainnya seperti penyebab Middle East Respiratory Syndrome (sindrom pernafasan Timur Tengah) atau MERS, menimbulkan gejala lebih berat.

"Informasi yang baru bisa kami dapatkan dari kasus pnuemonia di Wuhan difokuskan pada sebuah coronavirus yang mungkin menjadi patogen penyebab kasus ini," demikian pernyataan resmi WHO.

Ditambahkan bahwa sejak kasus ini mencuat, pemerintah China telah mengeliminasi coronavirus pemicu SARS dan MERS, sama seperti jenis virus pada flu, flu burung, adenovirus dan patogen lain penyebab gejala di sistem pernafasan.

"Meski begitu, jenis coronavirus ini masih belum dapat dikelompokkan," tulisnya lagi.

Wabah Pneumonia terjadi sejak bulan Desember 2019, dan sebanyak 59 kasus telah dilaporkan oleh pemerintah China. Virus penyebab kasus ini, menurut pemerintah China, dapat menyebabkan sakit yang cukup berat dan tak dapat menular dengan mudah antar manusia.