Risiko Kebutaan pada Bayi Prematur Bisa Dicegah, Begini Caranya
- Pixabay
VIVA – Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.
Berbeda dengan bayi cukup bulan, bayi prematur merupakan kelompok bayi yang berisiko tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmatangan sistem organ tubuh pada bayi prematur seperti paru paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaan.
Dengan tingkat kematangan tumbuh yang belum sempurna tersebut, maka bayi prematur mengalami masalah kesehatan hingga kematian. Salah satu risiko gangguan kesehatan yang bisa dialami bayi prematur adalah Retinopathy of Prematurity (ROP).
Kondisi ini bisa terjadi pada semua bayi prematur. Risikonya semakin meningkat bila bayi prematur lahir di bawah usia kehamilan 32 minggu dan berat lahir di bawah 1.500 gram.
Dampak dari ROP ini bila tidak dilakukan pencegahannya sehingga memperburuk kondisi ROP bisa mengakibatkan kebutaan yang sifatnya permanen. Hal ini diungkapkan oleh Dr. dr. Rinawati, Sp.A (K) dalam acara Talkshow Perawatan Bayi Prematur di Istora Senayan, Jakarta.
"Bayi prematur punya risiko kalau tidak diobati bisa menyebabkan kebutaan. Tapi ini bisa dicegah sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan oleh dokter mata khusus, selambatnya pada usia 2-4 minggu atau sebelum bayi tersebut pulang ke rumah," kata dia, Sabtu, 21 Desember 2019.
Rina melanjutkan, ROP ini terjadi lantaran pembuluh di retina mata begitu rapuh. Akibatnya, jika terkena oksigen, infeksi atau transfusi berulang akan menyebabkan kerusakan.
"Kalau rusak harus cepat diketahui agar tidak berakibat fatal," ucap dia.