Dinyatakan KLB, 138 Orang Terjangkit Hepatitis A di SMPN 20 Depok

Ilustrasi penelitian virus Hepatitis
Sumber :
  • www.pixabay.com/Prylaler

VIVA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat, jumlah atas laporan wabah virus Hepatitis A yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Depok, mencapai sebanyak 138 orang. Mereka yang terjangkit bukan hanya dari kalangan siswa atau siswi, tapi juga ada guru, hingga pedagang kantin.  

“Jumlah yang terindikasi hepatitis, yang kita dapat datanya total awalnya ada 138 orang. Rinciannya, dari kelas tujuh sebanyak 49 orang, dari kelas delapan ada 42 orang, kelas sembilan ada 38 orang. Kemudian karyawan (guru dan pegawai lain) delapan orang serta petugas kantin satu orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dokter Novarita, Jumat 29 November 2019

Dan dari 72 orang yang telah diuji hasil sampel darahnya di laboratorium, terdeteksi 51 di antaranya positif terjangkit virus Hepatitis A. “Sisanya negatif,” ujarnya.

                                                   Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Novarita

Novarita mengaku, pihaknya sampai saat ini belum mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB) parsial atas peristiwa ini. “Karena kasus hepatitis ini ada waktu dua bulan. Kita tetapkan SK KLB parsial tanggal 20 November sampai 20 Januari 2020.”

Dia menjelaskan, KLB parsial ditetapkan karena hanya terjadi di satu wilayah (SMPN 20). “Harapannya tidak menyebar,” ujarnya

Untuk mencegah adanya kasus serupa, Novarita megaku pihaknya telah gencar melakukan sosialisasi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), menganalisa dan membangun posko kesehatan.

“Posko ini kami siapkan agar jika ada yang sakit langsung dilaporkan kemudian dilakukan pemeriksaan. Kami juga menganjurkan untuk membiasakan cuci tangan dan anak-anak dilarang saling bertukar alat makan atau minum,” tuturnya

Kemudian, lanjut Novarita, pihaknya juga telah mengingatkan pada para pedagang di kantin sekolah untuk mencuci alat makan di tempat air yang mengalir. Ketika disinggung apa penyebab kasus ini, Novarita mengaku hal itu masih dalam proses pemeriksaan sambil menunggu hasil uji lab makanan dan minuman di lingkungan sekolah tersebut.

“Sample jajanan sudah kita ambil tapi hasilnya blm keluar sehingga blm bisa kita pastikan penyebabnya. Namun diduga ada makanan yang tercemar,” katanya