Masih Dianggap Tabu, Remaja Rentan Kena Penyakit Seks Menular
- Pixabay/pexels
VIVA – Seks dan anak remaja sudah menjadi dua hal yang sebenarnya tak terpisahkan. Hal tersebut disebabkan tingginya rasa penasaran anak remaja terhadap sesuatu berbau seks yang seringkali dianggap tabu.
Padahal, seks yang dianggap tabu justru bisa menjerumuskan anak remaja pada hal yang kurang baik seperti penyimpangan seksual hingga penyakit menular seksual (PMS). Terkait hal itu, Reckitt Benckiser Indonesia menggelar survei daring (survei secara online) di kalangan para remaja, pasangan yang baru menikah, dan para orang tua di lima kota besar di Indonesia.
"Di antara para responden remaja ini, ada 33 persen yang sudah merasakan aktivitas seks penetrasi, di mana kebanyakan dari mereka alias 58 persen mengalami hal tersebut di umur 18-20 tahun," ujar Head of Corporate Social Responsibility – RB Indonesia, dr. Helena Rahayu Wonoadi, dalam acara Durex Eduka5eks di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis 21 November 2019.
Mirisnya, survei menemukan hanya 38 persen remaja yang membahas topik kehamilan dan pernikahan di bawah 20 tahun yang rentan terhadap bahaya kesehatan. Selain itu, hanya 24 persen remaja yang mau diskusi mengenai hubungan seksual yang sehat termasuk menggunakan alat kontrasepsi.
Mengingat kurangnya pengetahuan di antara para remaja mengenai risiko kesehatan dan kehamilan yang tidak diinginkan, terbukti ada rasio 50:50 di antara para remaja yang menggunakan kontrasepsi saat melakukan aktivitas seksual penetrasi. Artinya 50 persen di antaranya tidak menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan aktivitas seks.
"Ada potensi AIDS dan HIV jika tidak setia pada satu pasangan, (topik itu) jarang dibicarakan orangtua pada anak. Terbukti, hampir 70 persen remaja takut menanyakan seks pada orangtua. Juga 59 persen Orangtua bimbang bicarakan seks dan 63 persen orangtua khawatir topik mengenai seks seolah-olah mereka membiarkan hubungan seks bebas pada anak," kata dia.
Di kesempatan yang sama, Psikolog Klinis Inez Kristanti menegaskan bahwa dengan informasi yang tepat, remaja bisa lebih waspada terhadap penyakit menular seksual. Inez menerangkan, memberi edukasi seks pada anak remaja bisa membuat lebih bertanggungjawab terhadap pilihannya terkait aktivitas seksual.
"Remaja penuh rasa penasaran, dibilang jangan tapi dilakuin juga. Kalau informasi satu arah dan sifat mengancam, anak-anak malah cari tahu dari tempat lain. Justru membicarakan seks secara komprehensif diharapkan mereka bisa membuat keputusan dengan lebih bertanggung jawab," kata Inez.
Sebagai tambahan, meskipun masih kurangnya informasi, terutama mengenai penyakit menular seksual, mayoritas remaja (95 persen) pernah mendengar mengenai penyakit menular seksual. Namun, pengetahuan dan pemahaman mereka baru sebatas pada HIV/AIDS, sementara penyakit lainnya kurang dipahami remaja. Misalnya Gonorea (33 persen), Sipilis (38 persen), Herpes atau HPV (54 persen), dan Kandidiasis(57 persen)