Mengenal Terapi Robotik Pasca Stroke
- Istimewa
VIVA – Penyakit stroke menjadi masalah kesehatan yang banyak dialami masyarakat di mancanegara juga Indonesia. Banyak faktor yang memengaruhinya seperti kurangnya olahraga, konsumsi makanan junk food, gaya hidup kurang sehat dan adanya riwayat penyakit diabetes serta tekanan darah tinggi.
Siapa saja bisa terkena stroke karena tak memandang umur baik tua dan muda. Bahkan anak berusia 7 tahun pun bisa terserang stroke. Seperti diketahui, stroke merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah di otak yang bersifat tiba-tiba.
Gejala stroke bisa di sebelah anggota badan, kelumpuhan ringan atau berat dan mengakibatkan kematian. Tetapi jika ada kelumpuhan tentu pasien harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Usai perawatan stroke, metode teknik robotik bisa menjadi harapan bagi pasien untuk kembali hidup normal lagi. Direktur Klinik Wijaya Jakarta Selatan, dokter Sukono Djojoatmodjo mengatakan, mereka bisa berjalan dan beraktivitas, asalkan melakukan terapi robotik dengan teratur dan rajin.
"Kalau latihan terus tentu keterampilannya lebih baik, bayangkan kalau pakai robotik (tentu lebih baik lagi) ternyata teknologi itu dengan repetisi yang baik dan terus menerus dan dengan konsisten maka akan merangsang otak agar berfungsi lebih baik,” kata dia kepada VIVA.co.id, Minggu 3 November 2019.
Sukono mengatakan, terapi robotik sama saja dengan seseorang yang belajar terus menerus maka dia akan lebih pintar.
Teknik robotik adalah teknik yang baik setelah masa perawatan pasien stroke. Jika dilakukan dengan teknologi tentu harapan pasien akan lebih baik. Teknologi tidak bisa dielakkan karena membantu seseorang dalam kehidupan sehari-hari
"Kita ada target pasien dan target dokter. Contohnya kekuatan pasien ada 0,1,2,3,4,5
Pasien misalnya dari 0 atau 1 belum tentu bisa jadi 5 tetapi dengan rehabilitasi yang baik, bisa kita ekspektasikan. Kita akan bertahap, jadi misalnya hanya bisa sampai tahap kursi roda. Itu juga suatu peningkatan. Ada yang harapan tahapnya bisa jalan," tutur Sukono
Dia mengatakan, setiap pasien faktornya tidak sama, jadi beda-beda rentang waktu mereka bisa melakukan terapi robotik.
Alat robotik membantu pasien yang tidak bisa berjalan dengan sistem komputerisasi. Peluncuran terapi robotik juga sebagai peringatan world stroke day 2019 atau peringatan hari stroke sedunia yang jatuh pada 29 oktober setiap tahunnya. Mengusung tema Don’t Be The One yang merupakan tema world stroke day yang artinya 1 dari 4 orang akan mengalami serangan stroke dan jangan sampai menjadi salah satunya.