Berat Badan Naik Usai Lari Maraton? Ini Penyebabnya
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Kamu baru ikut olahraga Electric Jakarta Marathon 2019 yang digelar akhir pekan kemarin? Coba naik ke timbangan, berat badanmu naik atau turun.
Jika mengalami penurunan berat, maka kamu sukses mempraktikkan teknik mengurangi lemak dan karbohidrat yang ada di dalam tubuh. Tapi jika naik, nah berarti ada yang salah tuh.
Dilansir dari Runnersworld, Rabu 30 Oktober 2019, jika dilakukan dengan pelan namun konsisten, lari maraton jarak lima kilometer bisa membakar lemak yang ada dalam tubuh.
Sementara, apabila kamu melakukannya dengan cepat dan membuat jantung bekerja hingga 80 persen, maka yang dibakar oleh tubuh untuk mendapatkan energi adalah karbohidrat.
Naiknya berat badan usai lari maraton, biasanya terjadi akibat tubuh membutuhkan kalori lebih banyak setelah bekerja keras. Otomatis, muncul rasa lapar.
Apabila tidak dikendalikan, maka makanan yang kamu konsumsi akan mengandung banyak lemak serta karbohidrat. Bukannya turun, berat tubuh justru naik karena nafsu makan meningkat.
Namun, belum tentu naiknya berat badan diakibatkan oleh faktor lemak. Bisa juga penambahan berat berasal dari otot yang semakin bertambah besar dan kuat. Ruang yang tadinya diisi lemak jahat, kini ditempati oleh otot.
Nah, biar tahu apakah lari maraton bisa membuat tubuhmu sehat atau tidak, ada baiknya cek kondisi kesehatan sebelum dan sesudah kegiatan. Tak hanya soal berat badan, pemeriksaan juga bisa mendeteksi kondisi jantungmu. Sebab, belum tentu orang yang rajin berolahraga lari bakal terbebas dari serangan jantung.
“Jadi bagi para runners, berapa pun umurmu, apa pun jenis olahraga dan profesimu, lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin,” ujar salah satu peserta Electric Jakarta Marathon 2019.
Sebagai informasi, Electric Jakarta Marathon diikuti oleh 16 peserta dan dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
Full Marathon (42,195 km), Half Marathon Open (21 k), 10K, 5K, serta Marathoonz Open 1 km.
Pada acara tersebut, Omni Hospital Group menurunkan tenaga medis, yang terdiri dari dokter, perawat dan fisioterapis, serta tenaga non-medis dengan total lebih dari 40 orang dan tiga unit ambulans.
Tak hanya menolong peserta yang membutuhkan bantuan, mereka juga memberikan edukasi kesehatan, serta pemeriksaan kesehatan dan pengobatan kepada para pelari maupun masyarakat yang menonton acara itu.