Kemenkes Takut KLB Polio di Filipina Ikut Mewabah di Indonesia
- ANTARA FOTO/Maulana Surya
VIVA – Pemerintah Filipina telah menyatakan KLB Polio Tipe 2 pada 19 September 2019, menyusul ditemukannya kasus tersebut di Pulau Mindanao dan Pulau Luzon, Filipina. Hal ini memunculkan kekhawatiran bagi negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.
Mengingat ada kekerabatan dekat antara Filipina Selatan dengan sejumlah provinsi di Indonesia Timur, seperti daerah Miangas Sulawesi Utara, Maluku Utara, hingga Papua Barat. Dan ini berarti, ada risiko penularan.
"Setiap hari ada migrasi. Entah dari Mindanao dan Luzon ke Indonesia dan sebaliknya untuk kegiatan perdagangan dan pengiriman tenaga kerja. Karena hampir setiap kali ada transmisi atau migrasi orang dari Mindanao ke wilayah Indonesia, kita perlu mewaspadai sejak sekarang," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihartono,M.Kes di Kantor Kemenkes, Jakarta, Senin 30 September 2019.
Baca Juga: Krisdayanti Siap Dilantik Jadi Anggota DPR, Warganet: Amanah Ya Mimi
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk mengantisipasi penularan polio ke Indonesia, Kemenkes sudah membangun benteng-benteng di provinsi terdekat. Petugas karantina dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) juga diminta lebih tegas terkait prosedur keluar masuk warga dari dan menuju Filipina.
Warga Filipina wajib menunjukkan International Certificate of Vaccination (ICV) sebagai bukti sudah mendapat imunisasi lengkap. Anung mengatakan, dengan adanya imunisasi lengkap maka risiko penularan bisa ditekan.
Selain itu, upaya yang harus dilakukan untuk membasmi polio adalah dengan melakukan imunisasi minimal 95 persen kepada kelompok sasaran. Imunisasi harus dilakukan secara terus-menerus, dua atau tiga bulan sekali.
"Masyarakat Indonesia perlu mewaspadai dan menyadari perlunya imunisasi dan perlindungan karena ancaman penularan yang semakin dekat dan nyata. Sementara coverage imunisasi kita baru mencapai 87 persen pada 2018," kata Anung.
Indonesia masih memberikan vaksin tetes yang masuk ke saluran pencernaan dan terbuang melalui feses, maka harus dibuktikan bahwa virus yang terbuang yang ada di feses tidak mencemari lingkungan melalui pengawasan polio lingkungan. Anung berharap, masyarakat Indonesia mewaspadai kemungkinan adanya penyebaran virus polio dengan cara melakukan imunisasi dasar lengkap bagi anak-anak.