Ternyata Orangtua jadi Salah Satu Penyebab Anak Obesitas
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Beberapa waktu belakangan ini ditemukan kasus obesitas pada anak di Karawang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran, mengingat dampak yang akan ditimbulkan di kemudian hari. Kondisi obesitas pada anak berpotensi memicu terjadinya penyakit-penyakit pada anak-anak tersebut seperti resitensi insulin dan DM tipe 2, hipertensi. Selain itu, hiperlipidemia, gangguan jantung, gangguan pada hati dan ginjal, gangguan pada sendi juga berisiko intai anak dengan masalah obesitas.
Keluhan-keluhan yang sering muncul pada mereka yang mengalami obesitas adalah gangguan bernapas, sleep apnea ( sesak nafas saat tidur), gangguan konsentrasi, mudah lelah yang tentunya akan menurunkan kemampuan belajar dan ketidakmampuan untuk memobilisasi diri sendiri. Keadaan ini mendesak kita untuk memberikan perhatian lebih pada kasus ini karena masa depan bangsa bergantung pada tingkat kesehatan mereka saat ini.
Baca Juga: Kim Kardashian dan 5 Seleb Terkenal yang Mengidap Lupus
"Jika obesitas anak ini terabaikan maka pada akhirnya akan menurunkan kualitas angkatan kerja kita di masa mendatang dan menurunkan kemampuan negara dalam berkompetisi di tingkat dunia," kata spesialis kedokteran olahraga di RS Mitra Kemayoran dan Direktur Slim and Health Sport Centre Jakarta, dr Michael Triangto, SpKO seperti dikutip dari siaran pers yang diterima VIVA.
Dia melanjutkan secara klasik mengatasi obesitas pada pasien dewasa adalah dengan mengurangi asupan kalori melalui program diet yang sehat dan meningkatkan aktivitas fisik. Namun hal ini tidak dapat langsung di aplikasikan pada anak karena mereka bukanlah miniatur orang dewasa.
"Oleh sebab itu perlu disiapkan strategi khusus dalam mengatasi kasus ini dan bukan hanya diselesaikan dengan jalan operasi bariatrik," kata dia.
Menurut dr Michael Triangto, Strategi tersebut antara lain. :
Pertama, mengubah pola makan yang ada dan bukan dengan diet ketat semata karena pasiennya adalah anak yang masih membutuhkan pertumbuhan tubuh yang optimal.
Kedua, meningkatkan aktivitas fisik dalam bentuk permainan dan bukan latihan beban yang nantinya meningkatkan resiko cedera (perlu diingat bahwa mereka meski bertubuh “bongsor” namun sebenarnya pertumbuhannya masih belum selesai). Menjaga motivasi anak untuk mau tetap melakukan aktivitas fisik karena latihan yang dilakukan dirasakan sebagai bagian dari permainan dan bukan keharusan melakukan “olahraga”.
Ketiga, meningkatkan motivasi melalui pendidikan yang mampu dipahami oleh sang anak agar ia tetap mau melakukan diet juga aktivitas fisik secara teratur.
Keempat, mendidik orangtua anak agar tidak selalu mengizinkan apa yang diminta atau direngekkan oleh anaknya. Hal ini penting untuk disadari oleh orang tua karena salah satu faktor terjadinya obesitas pada anak mereka adalah karena seringkali para orangtua membebaskan anaknya untuk mengonsumsi makanan dengan memberikan uang jajan tanpa mempertimbangkan faktor gizi yang perlu dan tidak perlu dikonsumsi oleh sang anak.
Kelima, untuk menunjang keberhasilan program ini tentunya harus dibentuk tim yang terdiri dari berbagai bidang keilmuan baik kedokteran maupun yang di luar kedokteran.
Dr Michael juga menambahkan bahwa berbagai tahapan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien obesitas tidak hanya memakan waktu, tenaga, kesabaran namun juga dana yang besar. Oleh sebab itu pencegahan terjadinya obesitas menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.
"Hal ini hanya dapat dilakukan dengan baik bilamana negara turut serta dalam mengatasinya dengan mendorong terlaksananya edukasi pada masyarakat dan kerjasama lintas sektoral karena masalah obesitas dan kesehatan ini erat kaitannya dengan bidang industri, ekonomi, hukum, iptek, telekomunikasi dan bidang-bidang lainnya," kata dia.