Dicap Obat Dewa, Bahayakah Sering Konsumsi Dekongestan?

Ilustrasi minum obat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pekerja kantoran dituntut punya bodi yang fit. Kalau flu atau ngedrop sedikit saja pasti langsung mengganggu aktivitas harian.

Kala lelah melanda biasanya penyakit jadi mudah menyerang, apalagi di musim kemarau seperti sekarang, setiap orang jadi gampang kena radang tenggorokan hingga batuk. Nah, ketika badan sudah terasa meriang, kepala pusing, hidung terasa berair, biasanya obat-obat berbahan dekongestan banyak dicari, dan jadi andalan menghalau flu.

Sekali minum banyak yang mengakui kalau obat dengan dekongestan ini cukup ampuh redakan sakit kepala, hidung tersumbat bahkan redakan demam. Padahal sebetulnya yang reda hanya gejalanya.

Tapi sebenarnya berbahaya enggak sih kalau sedikit-sedikit konsumsi obat-obat berbahan dekongestan?

Dilansir laman WebMD, dekongestan adalah obat untuk melegakan hidung tersumbat yang disebabkan oleh flu, sinusitis, dan alergi, namun dalam jangka pendek. Obat ini bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah di hidung, sehingga membantu untuk membuka jalan agar lebih mudah bernapas. 

Biasanya dalam obat pereda gejala flu, dekongestan sering dikombinasikan dengan antihistamin untuk meredakan alergi, bersin, gatal hingga ingus yang meler. Selain itu tak jarang jika dekongestan juga dikombinasikan dengan pereda demam dan penghilang rasa sakit.

Menanggapi hal itu, dr. Jolinda Johary M.Med dari SehatQ mengatakan kalau umumnya obat dekongestan yang dianggap obat dewa itu terlalu berlebihan.

"Pada dasarnya sama seperti obat lain yang punya efek dekongestan (pereda hidung tersumbat) dan antihistamin biar enggak alergi, enggak bersin. Biasanya isinya cuma 2 itu, ada efek dari antihistaminnya yang bisa bikin ngantuk," ujarnya ditemui VIVA di kantor Sinarmas, Kamis 8 Agustus 2019.

Lebih lanjut ia mengatakan meski banyak yang dijual bebas namun memang ada obat dekongestan yang didapat harus dengan resep dokter karena efek dekongestannya cukup keras. Karenanya masyarakat harus lebih berhati-hati.

Pada dasarnya gejala-gejala sakit yang dirasakan tak melulu membutuhkan obat untuk mengatasinya. Jolinda mengatakan bahwa sugesti untuk tetap sehat juga memengaruhi kondisi seseorang.

"Menurut saya terkadang hanya sugesti semata. Ada beberapa penelitian yang membandingkan suatu obat dengan plasebo yang telah disugesti ke pasien, ternyata yang plasebo ini menunjukkan efek yang sama dengan obat tersebut dan bahkan ada yang memberikan efek lebih baik dari obat tersebut," ungkapnya.