Makanan dan Polusi Picu Peningkatan Kanker di Yogyakarta
- U-Report
VIVA – Berdasarkan data Globocan 2018, sebanyak 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia terserang kanker. Angka kematian karena kanker juga diperkirakan menimpa 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan di seluruh dunia.
Indonesia sendiri, seperti dilansir dari laman Jaringan Pemberitaan Pemerintah, jpp.go.id, menempati urutan ke delapan di Asia Tenggara dan ke-23 di Asia untuk angka kejadian kanker. Berdasarkan data Riskesdas terbaru tahun 2018, prevalensi penyakit kanker di Indonesia mengalami peningkatan.
"Dari yang tadinya 1,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, naik menjadi 1,79 per 1.000 penduduk di tahun 2018. Artinya, dalam 5 tahun ada peningkatan yang signifikan," ujar Direktur medik dan keperawatan rumah sakit kanker dharmais, Dr. dr. Nina Kemala Sari SpPD. K-Ger.MPH., ditemui baru-baru ini.
Prevalensi kanker sendiri di berbagai daerah cukup menyebar. Hanya saja, di wilayah Yogyakarta ternyata memiliki kejadian kanker yang paling tinggi.
"Tertinggi di DIY dan Sumbar lalu paling rendah di NTB. Kalau di Sumatera Barat, kita tahu sumber kanker bisa berasal dari makanan yang enak-enak yang bersifat karsinogenik, seperti daging dan olahan yang tinggi minyak," kata dia.
Sementara, di Yogyakarta, angka kanker menjadi yang paling tinggi dibanding daerah lain yang diduga karena sumber makanan juga. Salah satunya karena bahan-bahan dari makanan khasnya.
"Di Yogya perlu diteliti lebih lanjut apakah ada makanan khasnya yang memang memicu kanker. Gudeg misal, apa yang bersifat karsinogenik. Asap rokok di Yogya juga membuat perokok pasif lebih berbahaya dan picu kanker serta polusi yang semakin banyak,” ucapnya. (tsy)