Wabah Flu di Australia Picu Kematian Ratusan Orang, Ini Penjelasannya

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • www.pixabay.com/typographyimages

VIVA – Lebih dari 200 orang meninggal dunia akibat wabah flu di Australia. Serangan flu yang mengintai ini tercatat sejak awak tahun 2019 dan hingga kini belum juga usai.

Dilansir dari laman Globalnews, Wabah flu di Australia ini kian menjangkiti seluruh kota dengan jumlahnya yang diprediksi akan terus meningkat. Kebanyakan kasus flu yang menyerang merupakan jenis virus H3N2.

"Virus H3N2 salah satu yang paling berkaitan dengan penyakit flu berat, memicu komplikasi khususnya pada orangtua dan orang yang berisiko lainnya," ujar spesialis penyakit menular, dr Isaac Bogoch.

Lantas, seberapa besar risiko kematian akibat flu?

Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat memperkirakan angka tertinggi kematian akibat flu yaitu 79.400 jiwa di Amerika Serikat pada tahun 2017-2018. Kematian akibat flu ini seringkali karena adanya kesalahan diagnosa di awal sehingga memicu kesalahan pengobatan.

Komplikasi yang berasal dari flu yang kemudian rentan menjadi penyebab kematian utama pada seseorang. Flu yang dibiarkan lama tak tertangani bisa menimbulkan komplikasi seperti pneumonia atau penyakit kronik berbahaya lainnya seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan gagal jantung.

Dikutip dari laman Healthline, kematian akibat flu berawal dari virus yang menimbulkan berbagai peradangan di paru. Saat ini terjadi, tubuh bisa mengalami sulit napas karena peredaran oksigen di tubuh tidak berjalan lancar.

Flu juga bisa menyebabkan peradangan di otak, jantung, hingga otot. Ini dapat memicu sepsis, di mana kondisi ini sangat berbahaya dan memicu kematian jika tak tertangani dengan cepat.

Tak hanya itu, flu juga bisa memicu infeksi sekunder yang membuat beberapa organ penting di tubuh tak lagi dapat berfungsi. Bakteri yang memicu infeksi tersebut dapat berjalan ke seluruh peredaran darah dan berakhir pada kondisi sepsis juga. (tsy)