Cacar Monyet Bisa Dicegah Sejak Dini dengan Vaksin Varicella
- Dok CDC Public Health
VIVA – Sejak heboh mewabahnya cacar monyet di Singapura hingga saat ini, masih banyak orang yang khawatir dengan penyebaran penyakit ini di Indonesia. Mengenai penyakit ini, pakar penyakit kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, dr. Sinta Murlistyarini, SpKK mengatakan, virus cacar monyet atau monkeypox bisa dicegah sejak dini dengan pemberian vaksin cacar air atau varicella.
Dalam dunia medis, gejala penyakit cacar monyet hampir sama dengan cacar air, yakni diawali dengan demam, nyeri otot, sakit kepala, muncul bintil-bintil berisi air di seluruh tubuh, dan ruam kulit pada wajah. Namun yang membedakan adalah pada hari kelima hingga ketujuh, bintil-bintil berisi air menjadi bernanah dan agak keras saat disentuh.
"Pada akhir minggu kedua, bintil-bintil tersebut akan menjadi keropeng yang bertahan sekitar satu minggu. Setelah tiga minggu, ruam akan menghilang. Setelah hilang, bintil-bintil tidak akan lagi menular," kata Sinta, Rabu, 19 Juni 2019.
Sinta mengungkapkan bahwa cacar monyet termasuk penyakit zoonotic atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penularannya bisa melalui gigitan, cakaran, kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi di kulit dan mukosa dari hewan liar seperti primata (monyet), rodents, dan makan daging hewan yang terinfeksi karena tidak dimasak dengan baik.
Cacar monyet rentan menyerang ke orang yang kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi baik melalui darah, cairan tubuh, urine, atau kulit. Selain itu, kontak langsung dengan penderita yang terkena saluran pada saluran pernafasan, atau terkena cairan plenting atau gelembung kecil di kulit juga bisa menular.
"Penularan antarmanusia bisa terjadi, namun tidak mudah dan terbatas. Penularannya bisa melalui cairan pernafasan (batuk, bersin) atau luka pada kulit," ujar Sinta.
Sinta mengungkapkan, sebenarnya sudah sejak tahun 1970 lalu cacar monyet menular dari hewan yang terinfeksi. Awalnya di Republik Demokratik Kongo. Lalu pada tahun 2007 menjadi Kejadian Luar Biasa di Nigeria. Di Indonesia baru ramai dibicarakan karena ada kasus di Singapura yang berasal dari warga negara Nigeria.
"Perlu ada screening khusus di bandara terhadap wisatawan asing yang akan masuk ke Indonesia terutama dari Singapura atau negara endemis cacar air (Afrika tengah dan Afrika barat)," tutur Sinta.
Sementara itu, Staf Lab Ilmu Penyakit Dalam Division Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dr.Didi Candradikusuma SpPD memaparkan bahwa monkeypox atau cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
Virus ini termasuk golongan orthopoxvirus yang termasuk di dalamnya adalah variola virus (penyebab penyakit cacar smallpox), virus vaccinia (digunakan untuk vaksin terhadap variola virus) dan virus cowpox.
Jadi virus monkeypox satu golongan dengan virus variola yang dikenal sebagai penyebab cacar yang sudah dinyatakan punah oleh WHO pada pertengahan tahun 1980-an. Akan tetapi berbeda dengan virus cacar air (Varicella) yang saat ini masih sering timbul di masyarakat.
Reservoir alami dari virus monkeypox ini masih belum jelas, namun beberapa spesies tikus Afrika diduga berperan dalam transmisi penyakit ini. Terdapat dua kelompok genetik virus monkeypox, yakni Afrika Tengah dan Afrika Barat. Manusia yang terinfeksi oleh virus monkeypox Afrika Tengah nampaknya lebih berat secara klinis dibanding yang terinfeksi oleh kelompok virus Afrika Barat.
"Virus Central Afrika dengan angka kematian yang cukup tinggi. Transmisi dari manusia ke manusia terjadi pada Central African virus, namun sangat terbatas untuk virus monkeypox yang West African. Pencegahan terhadap penyakit monkeypox ini, antara lain memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai saat menangani hewan yang terinfeksi dan saat merawat orang yang sakit. Petugas kesehatan dianjurkan melakukan vaksinasi, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat," tutur Didi.