Terkontaminasi Bakteri dari Seafood, Dua Wanita Meninggal Dunia

Ilustrasi Seafood
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Makanan laut atau seafood digemari masyarakat Indonesia. Meski terbilang tinggi kolesterolnya, seafood tetap menjadi primadona. Hal ini lantaran pengolahan yang cukup mudah. Mulai dari direbus biasa hingga berbagai jenis bumbu.

Namun, sebuah fenomena terjadi pada bulan April dan Mei yang mana dua orang wanita meninggal karena infeksi mematikan setelah makan makanan laut yang terkontaminasi. 

Dilansir laman World of buzz, peristiwa ini terjadi di Fujian, Cina, di mana kedua korban yang tidak memiliki hubungan meninggal dalam satu hari setelah dirawat di rumah sakit.

Menurut China Press, pasien pertama adalah seorang wanita berusia 50-an. Wanita itu dilarikan ke rumah sakit setelah kedua kakinya mulai bengkak dan mengalami demam. Ketika dilakukan pengecekan darah, diketahui tubuh wanita itu terdeteksi terinfeksi bakteri Vibrio vulnificus. 

Hanya dalam hitungan jam, kondisinya berubah dari buruk menjadi kritis. Sedihnya, dia meninggal setelah organ utamanya gagal berfungsi secara normal. 

Sementara itu, dalam kasus kedua, pasien didiagnosis dengan bakteri yang sama dan dalam waktu delapan jam dirawat di rumah sakit, kakinya terinfeksi parah, yang menyebabkan sepsis, respons ekstrem dari tubuh terhadap infeksi. Kondisi yang mengancam jiwa ini dapat memicu reaksi berantai yang dengan cepat dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ.

Sayangnya, dia juga meninggal akibat infeksi bakteri itu. Usut punya usut, anggota keluarganya mengungkapkan bahwa dia telah makan escargot (siput laut) dan makanan laut lainnya sebelum kejadian.

Menyusul insiden itu, seorang dokter senior dari sebuah rumah sakit merilis pernyataan yang mengatakan bahwa bakteri Vibrio vulnificus itu hidup di bagian lautan di mana suhu air sekitar 20 derajat Celcius. Bakteri ini memasuki tubuh kita melalui luka atau ketika kita menelan makanan laut yang terkontaminasi dan tidak dimasak dengan matang.  

Dapat dipahami bahwa kondisi seperti itu bisa sulit untuk diobati bahkan di negara-negara dengan fasilitas medis canggih, karena angka kematian dilaporkan akibat terinfeksi bakteri ini mencapai 30 persen. (ase)