Penderita Diabetes Tipe 2 Berisiko Alami Pembusukan Organ Intim

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA – Penderita diabetes tipe dua selama ini kerap mengalami komplikasi dalam penyakitnya. Bahkan para peneliti memperingatkan untuk mewaspadai infeksi pada bagian intim yang bisa berujung pada pembusukan. Hal itu timbul akibat efek berbahaya obat yang kerap diresepkan.

Penelitian baru telah menemukan hubungan antara inhibitor SGLT2 dan gangren fournier - bakteri pemakan daging yang memengaruhi jaringan lunak pada alat kelamin. Infeksi yang berpotensi mengancam jiwa itu lebih sering terjadi pada pria karena menargetkan skrotum atau penis, di mana ada banyak celah kecil yang menjebak bakteri.

Bakteri juga dapat berkembang di perineum - daerah antara anus dan vulva atau skrotum - dan di sekitar anus. Artinya perempuan juga berisiko, dikutip dari nypost.com. Inhibitor SGLT2 digunakan untuk membantu orang dengan diabetes tipe 2 untuk meningkatkan kontrol glikemik mereka dengan mencegah ginjal menyerap kembali glukosa.

Di Inggris mereka lebih dikenal sebagai Forxiga (Dapagliflozin), Invokana (Canagliflozin), dan Jardiance (Empagliflozin). Obat itu meningkatkan jumlah glukosa yang diekskresikan dalam urine, tapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.

Sekarang, para peneliti dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan mereka juga menemukan bahwa obat-obatan tersebut terkait dengan gangren Fournier.

Dalam studi tersebut, para ahli meninjau laporan kasus infeksi pada pasien yang menggunakan inhibitor SGLT2 dibandingkan dengan mereka yang menggunakan agen antiglikemik.

Mereka menemukan bahwa sejak obat itu mendapat persetujuan pasar pada tahun 2013, ada 55 kasus di antara pasien diabetes. Sebagai perbandingan, tim menemukan hanya 19 kasus pada pasien yang mengambil alih agen antiglikemik selama 35 tahun terakhir.

"Kesadaran tentang hubungan antara Fournier gangrene dan penggunaan SGLT2 inhibitor mungkin menjadi faktor penting dalam diskusi pasien-pasien yang diinformasikan mengenai terapi diabetes yang tepat," kata peneliti dalam Annals of Internal Medicine.