Bolak-balik Kencing di Tengah Malam, Waspada Gejala Penyakit Berbahaya

Ilustrasi toilet.
Sumber :
  • pixabay/ jakobing85

VIVA – Pergi ke kamar mandi saat tengah malam, mungkin adalah suatu hal yang biasa bagi sebagian orang. Tapi sebaiknya waspada, karena bisa jadi salah satu gejala dari penyakit berbahaya. 

Seperti dilansir dari Medical News Today, sebuah studi baru yang dilakukan di Jepang menemukan bahwa kebutuhan untuk buang air kecil di malam hari ini disebut nocturia. Hal itu dikaitkan dengan hipertensi dan asupan garam yang tinggi.?

Nocturia sendiri ialah suatu kondisi di mana orang bangun di malam hari karena mereka perlu buang air kecil. Penyebab umum sering pergi ke toilet di malam hari karena asupan cairan yang tinggi, gangguan tidur, dan obstruksi kandung kemih.

Orang-orang tanpa nocturia dapat tidur hingga 8 jam tanpa harus buang air kecil Tetapi beberapa mungkin perlu bangun sekali pada malam hari untuk buang air kecil. Itu dianggap normal jika hanya satu kali. Individu dengan nocturia dapat bangun 2-6 kali pada malam hari.

Nocturia dapat menjadi tanda kondisi kesehatan lainnya, termasuk prolaps kandung kemih, tumor kandung kemih atau prostat, dan gangguan lain. Wanita hamil dan penderita gagal jantung atau hati dan diabetes juga mungkin mengalami nocturia.

Seiring bertambahnya usia, tubuh kita menghasilkan lebih sedikit hormon antidiuretik yang memungkinkan kita untuk menahan cairan. Ini menyebabkan produksi urine lebih banyak pada malam hari. Orang dewasa yang lebih tua juga cenderung kehilangan kapasitas menahan dan lebih cenderung memiliki masalah medis yang berdampak pada kandung kemih.

Menurut jajak pendapat tahun 2003 dari National Sleep Foundation, sekitar dua per tiga responden, yang berusia antara 55 dan 84, melaporkan bahwa mereka mengalami nocturia setidaknya beberapa malam per minggu.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa asupan garam berlebihan setiap hari dan hipertensi memiliki dampak negatif pada nocturia. Di Jepang, orang-orang pada umumnya mengonsumsi lebih banyak garam daripada di negara-negara Barat. Karena alasan ini, populasi Jepang mungkin berisiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi.

Meskipun orang-orang di negara lain cenderung memiliki kebiasaan makan yang berbeda dalam hal garam, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol yang tepat terhadap asupan garam dan tekanan darah mungkin penting untuk pengobatan nokturia, terlepas dari kebangsaan. (rna)