Sering Keliru, Ini Beda Demam Dengue dan DBD

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pexels/icon0.com

VIVA – Setelah kasus demam berdarah dengue (DBD) mulai menurun di sejumlah daerah, beberapa masyarakat kini justru mengeluhkan bahwa anggota keluarga terdekatnya didiagnosis terkena demam dengue. Hal ini menjadi kekhawatiran karena banyak masyarakat yang masih kurang paham dengan demam dengue.

Lalu, apakah demam berdarah sama dengan demam berdarah dengue? Menurut Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (PTVz) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, baik demam dengue dan DBD sama-sama dibawa oleh nyamuk aedes aegypti

"Iya sama awalnya semua nyamuk aedes karena virus dengue untuk dapat menginfeksi manusia perlu perantara atau vektor yaitu nyamuk aedes," ungkap Nadia saat dihubungi VIVA, Selasa 26 Februari 2019.

Demam dengue sendiri ialah jenis ringan dari DBD. Umumnya ada tingkat demam pada kasus ini, yakni demam dengue, demam berdarah dengue dan dengue syok sindrom. 

Demam dengue biasanya diawali dengan demam tinggi secara mendadak, biasanya lebih dari 39 derajat celsius ditambah dua atau lebih gejala atau tanda penyerta, seperti nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, ruam kulit, kurangnya leukosit (<5000/mm), serta trombosit (<150.000/mm). Sedangkan DBD dapat terdiagnosis bila muncul manifestasi berulang, demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, dan terus-menerus.

"Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan maupun berupa uji tourniquet (tekanan darahnya) positif," kata Nadia. 

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa DBD bisa ditandai juga dengan berkurangnya trombosit (<100.000/mm), hingga adanya kebocoran plasma akibat dari peningkatan permeabilitas vaskular.

"Jadi tetap kalau demam tiga hari belum sembuh juga harus ke fasilitas pelayanan kesehatan karena mungkin sudah stadiumnya demam berdarah dengue atau DBD," kata dia. (rna)