DBD Tak Hanya Mengancam di Musim Hujan

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pexels/icon0.com

VIVA – Musim hujan selalu membawa kekhawatiran, bukan soal bencana banjir semata namun serangkaian penyakit juga kerap meneror. Salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini bisa tumbuh subur di genangan air.

Namun sayangnya tak hanya di musim hujan, nyamuk Aedes aegypti juga banyak di musim kemarau, karena genangan air masih ada di tempat-tempat tertentu atau bahkan di sungai-sungai atau selokan yang mampet

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengingatkan kepada masyarakat untuk mewaspadai DBD tidak hanya di musim hujan, tapi juga musim kemarau terutama di tempat-tempat genangan air atau barang bekas.

"DBD pun rentan menyerang manusia di musim kemarau, tepatnya di genangan air yang tersisa di barang bekas di gudang rumah atau bak mandi yang jarang dikuras," kata Menkes Nila dalam siaran pers yang diterima VIVA Selasa 15 Januari 2018. 

Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, menyebutkan pada 2018 telah ada 584 kasus DBD berdasarkan laporan dari 6 provinsi dan 8 kabupaten/kota.

Untuk menanggulanginya, pada November 2018 lalu Kemenkes telah mengirimkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus DBD kepada para Gubernur. Kemenkes juga melakukan tindakan pencegahan dengan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M+, mulai dari menutup semua tampungan air atau sumber air, hingga menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan fasilitas layanan kesehatan diimbau tetap waspada jika ada demam untuk segera memikirkan kemungkinan demam dengue dan memperhatikan pola penambahan kasus.

"Bila ada kasus DBD maka segera lakukan penyelidikan epidemi dan penanggulangan fokus seperti fogging dan pemberian larvasida," katanya.

Selain itu, Nadia juga berujar bahwa ada tim gerak cepat yang terintegrasi antara pusat dan daerah termasuk imbauan ke sekolah untuk mengaktifkan PSN.

Untuk mengendalikan kejadian DBD, Kemenkes terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terutama dalam pemantauan surveilans DBD. (ldp)