18 Posko Kesehatan Disiagakan Untuk Tsunami Lampung

Korban bencana tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Kalianda menjalani perawatan di Rumah Sakit Bob Bazar Kalianda, Lampung Selatan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ardiansyah

VIVA – Bencana Tsunami Selat Sunda yang melanda Banten dan Lampung, menjadi perhatian khusus bagi pemberi pelayanan kesehatan pasca Tsunami. Untuk itu, 18 Posyankes (Pos Pelayanan Kesehatan) di Kabupaten Lampung Selatan sudah terbentuk.

Hal ini bertujuan memudahkan dalam mengevakuasi korban dan koordinasi terkait data korban di lapangan. Terdapat pos kesehatan utama di depan rumah dinas Bupati Kabupaten Lampung Selatan, sebagai pusat dalam menerima dan mengolah laporan dari penanggung jawab lapangan yang telah tersebar di Desa/Kab/Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan.

"Untuk memberikan pelayanan ini, kami sesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki agar merata, apakah dari medis, non-paramedis atau bahkan mahasiswa yang dapat dilakukan secara statis ataupun mobile," jelas Kabid Yankes Dinkes Lampung Selatan, Dr. Media Apriliana, MKM, dikutip dari siaran pers Kemenkes RI, Senin 31 Desember 2018.

18 Posyankes ini tersebar dengan tim relawan medis tsunami di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu Dermaga Bom, Maja, Puskesmas Bakauheni, Totoharjo, Cugung, Kunjir, Harjo Pancoran, SMP 2 Rajabasa, Puskesmas Rajabasa, Sukaraja, Way Uli, Sukaraja, Kecamatan Rajabasa, RS Kabupaten Bob Bazar, Puskesmas Sidomulyo, Sebalang, Tennis Indoor Kalianda dan, Pustu Canti.

Posyankes terbagi dua yaitu pos statis dan pos mobile. Ada 4 pos Statis siap melayani korban selama 24 jam yaitu Posyankes Cugung, Kecamatan Rajabasa, Kunjir dan Tennis indoor Kalianda. Sedangkan Posyankes mobile beroperasi sampai dengan pukul 16.00 WIB dikarenakan posisi posko ini berdekatan dengan pesisir pantai, sehingga merupakan daerah rawan.

Saat ini, total tenaga relawan kesehatan terhitung dari tanggal 26-29 Desember 2018 berjumlah 502 personel yang terdiri dari 58 dokter umum, 5 dokter spesialis, 201 perawat, 18 bidan, 70 Tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesling, Gizi dan Surveilans), 62 Tenaga Farmasi (apoteker dan asisten apoteker), 3 psikolog, 44 non-medis, dan 41 mahasiswa kesehatan.(ben)