Mi Instan hingga Daging Merah Jadi Pemicu Kanker Kolorektal

Ilustrasi usus .
Sumber :
  • Pixabay/Elionas2

VIVA – Kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon), atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Kanker ini pun menempati urutan keempat setelah kanker payudara, serviks dan paru.

Menurut Dokter Spesialis Bedah dan Ahli Kanker Saluran Cerna (Digestif) Rumah Sakit Kanker Dharmais, Dr. Fajar Firsyada, Sp.B-KBD, kanker ini cukup berbahaya jika terlambat penanganannya. Sebab, kanker ini dapat menyerang organ tubuh, umumnya adalah hati.

Beberapa faktor risiko yang menyebabkan penyakit ini, di antaranya karena faktor gaya hidup terutama pola makan. Dia menyebut masyarakat yang memiliki risiko menderita kanker kolon ini antara lain mereka yang suka konsumi daging merah, makanan daging olahan, makanan diawetkan, hingga makanan yang dibakar.

Bukan hanya itu, dia juga menyebut bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan tinggi akan kolesterol seperti masakan padang dalam jangka yang panjang pun juga berisiko meningkatkan angka kejadian kanker usus besar.

"Makanya banyak pasien dari Sumatera yang makan tinggi kolesterol risiko terjadi kanker usus meningkat. 2-3 kali perubahan normal ke kanker," kata dia saat ditemui di Menara BTPN, Kamis, 20 Desember 2018.

Dr Fajar pun bercerita, pernah mendapatkan pasien berusia 13 tahun yang didapati mengidap kanker kolon stadium empat. Usut punya usut anak tersebut sering mengonsumsi mi instan.

"Jadi anak ini kedua orang tuanya bekerja dan dirawat oleh baby sitter. Saya tanya adakah riwayat keluarga? Dia bilang, tidak. Saya tanya riwayat pola makan dia selama dua tahun terakhir. Ternyata dia enggak bisa makan kalau enggak pakai mi instan," kisahnya.

Dia melanjutkan bahwa faktor eksternal pemicu salah satunya adalah faktor makanan yang dimakan dua tahun tadi. Dia melanjutkan mengonsumsi makanan yang mengandung sifat karsinogenik dalam waktu lama dan jumlah yang besar. Menyebabkan terjadinya perubahan dalam sel yang akhirnya berubah menjadi kanker.

"Bahan yang mengandung sifat karsiogenik kalau kontak cukup lama dalam jumlah besar maka perubahan dari sel cerna itu khususnya lambung diolah lama terjadi perubahan sel akhirnya berubah jadi kanker. Itu butuh waktu untuk berubah dari sel normal ke kanker," kata dia.

Soal konsumsi mi sendiri untuk mencegah terjadinya risiko kanker kolon, kata dia, tidak boleh berlebih dan jangan terlalu sering.

"Belum ada penelitian makan mi yang aman berapa hari. Tapi sangat disarankan jangan terlalu sering makan mi dan jangan terlalu banyak," kata dia.

"Tapi kita enggak bisa menuduh mi jadi kanker cuma berdasarkan ilmu makan-makanan yang diawetkan lalu terjadi risiko kanker di saluran cerna mulai dari lambung sampai usus menjadi lebih besar," jelas dia. (ase)