Orangtua Antivaksin Jadi Sebab Meningkatnya Kasus Campak di Dunia

Ilustrasi pemberian vaksinasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA – Isu vaksin masih mencuat. Polemik halal-haram dan juga kelompok antivaksin belakangan sempat membuat target capaian Pemerintah Indonesia gagal dalam pemberian vaksinasi Measles dan Rubella. 

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, bahwa orangtua antivaksin jadi penyebab 30 persen peningkatan dalam jumlah kasus campak di seluruh dunia dalam rentang waktu satu tahun. 

WHO mencatat, sekitar 173 ribu kasus campak secara resmi dilaporkan pada tahun 2017. Jumlah kasus sebenarnya diperkirakan mencapai 6,7 juta tahun lalu. Diketahui 110 ribu orang meninggal tahun 2017, terutama anak-anak, dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin.

"Yang lebih mengkhawatirkan dari peningkatan ini adalah bahwa kita melihat penularan campak berkelanjutan di negara-negara yang sebelumnya tidak pernah melihat transmisi campak selama bertahun-tahun," kata Martin Friede, direktur divisi imunisasi, vaksin dan biologis WHO.

Dilansir laman Independent, Hal ini menjadi sebuah kemunduran dalam kasus-kasus tertentu. Seperti diketahui, penyakit yang sangat menular bisa berakibat fatal atau menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan mental pada anak-anak. 

Hal ini sering menjadi pertanda dari wabah lainnya seperti difteri pada populasi yang kurang divaksinasi.

Jerman, Federasi Rusia dan Venezuela mengalami wabah campak besar tahun lalu, yang menyebabkan penarikan sertifikasi mereka karena transmisi terganggu.

"Kami melihat peningkatan data 2018 dan kenaikan ini tampaknya berkelanjutan sehingga kami khawatir bahwa kenaikan ini menjadi tren," kata Friede.

Katrina Kretsinger, petugas medis WHO, dengan banyaknya kasus tersebut membuat  tahun 2018 mengatakantik ini di 2018 kami berada di jalur untuk memiliki lebih banyak kasus daripada yang kami miliki untuk 2017."

Cakupan vaksin global untuk dosis pertama vaksin campak telah berhenti di 85 persen, sementara untuk mencegah wabah sendiri diperlukan cakupan vaksin hingga 95 persen.