Mitos Seputar Diabetes Ini Dianggap Menjerumuskan

Ilustrasi diabetes/gula darah.
Ilustrasi diabetes/gula darah.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA –Diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi momok menakutkan di masyarakat. Sebab, diabetes merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi mulai dari kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan amputasi kaki.

Saking menakutkannya terkadang banyak mitos-mitos yang banyak beredar di masyarakat seputar penderita diabetes. Setidaknya VIVA telah merangkum beberapa mitos-mitos mengenai diabetes seperti dirilis dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

1. Penyandang diabetes tidak dapat mendonorkan darah

Faktanya, penyandang diabetes tetap dapat menjadi pendonor selama kadar gula darahnya terkendali.

2. Perempuan penyandang diabetes sebaiknya tak hamil

Faktanya, dengan kontrol atau pengendalian gula darah yang baik, perempuan penyandang diabetes tetap dapat mengandung dan melahirkan bayi yang sehat.

3. Diabetes pada ibu hamil tak perlu dianggap serius, karena akan menghilang begitu melahirkan

Faktanya, pada 50-70 persen ibu hamil yang memiliki diabetes (diabetes gestational) saat mengandung, ia berisiko menderita diabetes tipe 2 dalam waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Jika diabetes dibiarkan tanpa pengobatan, anak-anak yang lahir dari ibu penderita diabetes selama hamil berisiko menderita diabetes tipe 2 di usia dewasa. Diabetes gestational harus mendapatkan perhatian serius dan pengobatan.

4. Penggunaan insulin saat hamil akan berdampak buruk pada bayi

Faktanya, insulin tidak memberi dampak buruk pada bayi, malah kadar gula darah yang tinggi yang bisa memberi dampak buruk pada bayi. Hanya sedikit sekali insulin yang memasuki plasenta sehingga aman digunakan untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah selama kehamilan karena pola makan dan olahraga saja tidak cukup.

5. Penyandang diabetes tidak dapat terlalu banyak berolahraga karena kadar gula darah bisa menjadi terlalu rendah

Mereka yang menjalani terapi insulin atau pengobatan yang meningkatkan produksi insulin dalam tubuh harus menjaga keseimbangan olahraga, insulin dan pola makan. Penyandang diabetes tipe 2 yang tidak bergantung pada insulin dan minum obat secara teratur tak akan jatuh kadar gula darahnya karena olahraga. Kegiatan fisik atau olahraga sangat penting untuk mengendalikan diabetes, bersamaan dengan menjaga berat badan normal.